Singapura (ANTARA) - Saham Singapura ditutup 0,75 persen lebih rendah pada Kamis, tertekan oleh prospek ketidakpastian di bursa Wall Street.

Pasar AS bervariasi pada Rabu karena penurunan saham-saham teknologi dan perusahaan ritel menyeret turun harga. Presiden AS Joe Biden masih berusaha untuk memenangkan persetujuan Kongres atas proposal stimulus 1,9 triliun dolar AS. Seorang pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve) mengatakan harga saham telah mencerminkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi.

Sementara itu, harga minyak mentah naik di Asia setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya berjanji untuk terus mengurangi persediaan minyak global.

Maybank-Kim Eng Retail Research mengatakan, "secara teknis, Indeks Straits Times sedang mencoba level resisten jangka pendek berikutnya pada 2.950 poin, dengan level support pada 2.840 poin."

Indeks acuan Straits Times Singapura turun 21,89 poin menjadi 2.905,58 poin. Volume perdagangan 2,34 miliar saham senilai 1,28 miliar dolar Singapura. Jumlah saham yang turun melebihi jumlah yang naik dengan 283 berbanding 183.

Saham perusahaan MM2 Asia berakhir datar pada 12 sen dolar  Singapura. Perusahaan ini mengusulkan right issue dengan satu hak untuk setiap satu saham yang ada, dengan harga 4,7 sen Singapura untuk setiap hak. Ini berarti diskon 60,8 persen dari harga penutupan terakhir 12 sen Singapura. Jika penerbitan hak telah selesai, akan didapat dana bersih sebesar 52,15 juta dolar Singapura, yang akan digunakan untuk melunasi kewajiban jangka menengah yang jatuh tempo pada tanggal 27 April 2021, serta untuk modal usaha grup.

Saham Straits Trading naik 18,88 persen menjadi 2,77 dolar Singapura, sementara Jardine Matheson menjadi salah satu yang paling merugi dengan turun 2,01 persen menjadi 58,5 dolar AS. (1 dolar AS sama dengan 1,34 dolar Singapura)

Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021