Pemerintahan Biden berharap dapat bekerja dengan Direktur Jenderal WTO yang baru untuk menemukan jalan ke depan guna mencapai reformasi substantif dan prosedural WTO yang diperlukan
Washington (ANTARA) - Ngozi Okonjo-Iweala dari Nigeria siap menjadi wanita Afrika pertama dan wanita pertama yang memimpin Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), setelah saingannya dari Korea Selatan mundur pada Jumat (5/2/2021) dan Amerika Serikat membalikkan penentangan sebelumnya.

Pemerintah Presiden Joe Biden menyatakan dukungan kuatnya untuk Okonjo-Iweala dalam sebuah pernyataan Jumat malam (5/2/2021), memuji pengalamannya di Bank Dunia dan memimpin kementerian keuangan Nigeria, dan berjanji untuk bekerja dengannya dalam reformasi yang diperlukan.

Perkembangan kembar itu mengakhiri ketidakpastian selama berbulan-bulan atas kepemimpinan badan perdagangan global itu dan membuka jalan bagi anggota WTO untuk mengakhiri proses berbasis konsensus dan mengukuhkan Okonjo-Iweala sebagai Direktur Jenderal WTO berikutnya.

Pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump telah memblokir pencalonan Okonjo-Iweala setelah panel pemilihan WTO merekomendasikannya sebagai ketua pada Oktober. Keputusan itu membutuhkan konsensus.

Okonjo-Iweala mengatakan dia menantikan akhir pertarungan dan bergerak maju dengan reformasi yang dibutuhkan.

Baca juga: Mendag: Reformasi WTO diperlukan untuk hadapi tantangan global

“Ada pekerjaan penting yang harus dilakukan bersama,” kata Mantan Eksekutif Bank Dunia itu dalam sebuah pernyataan.

Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan siap untuk bekerja dengan Okonjo-Iweala, mencatat bahwa dia "sangat dihormati karena kepemimpinannya yang efektif dan ... pengalaman yang terbukti mengelola organisasi internasional besar dengan keanggotaan yang beragam".

"Pemerintahan Biden berharap dapat bekerja dengan Direktur Jenderal WTO yang baru untuk menemukan jalan ke depan guna mencapai reformasi substantif dan prosedural WTO yang diperlukan," katanya. Minggu lalu pihaknya juga menjanjikan komitmen untuk "keterlibatan positif, konstruktif dan aktif" dalam reformasi.

Badan pengawas yang berbasis di Jenewa itu tidak memiliki direktur jenderal sejak Roberto Azevedo dari Brazil mundur setahun lebih awal pada Agustus dan penggantinya harus menghadapi resesi yang disebabkan COVID, ketegangan AS-China, dan meningkatnya proteksionisme.

Menteri perdagangan Korea Selatan Yoo Myung-hee, finalis yang dipilih dari delapan kandidat, pada Jumat (5/2/2021) mencabut namanya setelah berbulan-bulan tekanan diplomatik untuk mundur.

"Untuk mempromosikan fungsi WTO dan mempertimbangkan berbagai faktor, saya telah memutuskan untuk menarik pencalonan saya," kata Yoo dalam sebuah pernyataan. Dia mengatakan keputusannya diambil setelah berkonsultasi dengan sekutu termasuk Amerika Serikat.

Baca juga: Dua kandidat perempuan perebutkan kursi direktur jenderal WTO

Menunggu Washington

Para pengamat mengatakan WTO tanpa pemimpin sedang menghadapi krisis terdalam dalam 25 tahun sejarahnya. WTO belum mencapai kesepakatan perdagangan multilateral besar selama bertahun-tahun dan gagal mencapai tenggat waktu 2020 untuk mengakhiri subsidi untuk penangkapan ikan berlebihan.

Banyak yang berharap perubahan dalam pemerintahan AS akan mengarah pada reformasi WTO yang berarti. Beberapa fungsinya lumpuh setelah pemerintahan Trump memblokir penunjukan hakim ke badan banding puncaknya.

Okonjo-Iweala sebelumnya telah menekankan perlunya WTO berperan dalam membantu negara-negara miskin dengan obat dan vaksin COVID-19 - sebuah masalah yang gagal disepakati para anggota dalam negosiasi yang sedang berlangsung.

Baca juga: WTO: Perdagangan global dihantam aturan pembatasan terkait COVID-19

Secara teori, WTO dapat mengadakan pertemuan dengan 164 anggotanya untuk mengesahkan ketua berikutnya dalam waktu singkat.

Namun, beberapa delegasi melihat hal itu tidak mungkin mengingat pilihan perwakilan perdagangan Biden, Katherine Tai, belum dilantik. Deputi yang berbasis di Jenewa juga belum dipilih.

Kamar Dagang Internasional John Denton mendesak anggota WTO untuk bertindak cepat.

“Dengan ketegangan geopolitik yang tinggi, ekonomi global dalam resesi dan 'nasionalisme vaksin' mengancam pemulihan yang adil, sekarang tidak ada alasan untuk penundaan lebih lanjut dalam mengisi peran penting ini dengan kandidat yang memenuhi syarat dan siap,” katanya.

Baca juga: Untuk Dirjen WTO yang baru, adakah peluang kandidat dari Asia-Afrika?

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021