Risiko secara umum dapat diterima sehingga mendorong harga saham naik
Jakarta (ANTARA) - Bursa saham di sejumlah negara mencetak rekor tertinggi lagi pada Senin, sedangkan harga minyak melampaui 60 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir, dengan harapan paket bantuan COVID-19 senilai 1,9 triliun dolar AS akan segera disahkan oleh anggota parlemen AS pada bulan ini.

Bahkan berita bahwa Afrika Selatan telah menghentikan peluncuran vaksin AstraZeneca setelah sebuah penelitian menunjukkan bahwa vaksin itu hanya memberikan perlindungan terbatas terhadap varian virus yang lebih menular di negara itu, tidak akan menghentikan pergerakan pasar ekuitas.

Indeks saham dunia MSCI yang terdiri dari 50 negara mencapai rekor tertinggi kesembilan pada 2021 semalam karena Nikkei Tokyo melonjak di tengah pembicaraan tentang pelonggaran pembatasan darurat Jepang dan ketika pasar China sibuk menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.

Eropa mengawali pekan dengan kuat di tengah tingginya harga minyak dan ekspektasi inflasi yang mendorong saham-saham sumber daya dan perbankan masing-masing naik 2 persen dan 1,5 persen.

"Risiko secara umum dapat diterima sehingga mendorong harga saham naik," kata analis UniCredit dalam sebuah catatan.

Pasar obligasi juga bergerak, karena fokus mengarah pada seberapa besar inflasi mungkin naik jika berbagai stimulus diterapkan. Kenaikan harga minyak dan makanan serta ekspektasi untuk pembukaan kembali ekonomi, terus menjadi perhatian.

Imbal hasil obligasi AS tenor sepuluh tahun, yang merupakan salah satu penentu suku bunga pinjaman global, naik di atas 1,2 persen untuk pertama kalinya sejak puncak ketidakpastian akibat virus corona terjadi Maret lalu.

Break-even rates, imbal hasil obligasi yang memperhitungkan inflasi, diperdagangkan 2,21 persen, tertinggi sejak 2014. Sementara di Eropa, imbal hasil 10-tahun obligasi Jerman mendekati tertinggi lima bulan.

"Inflasi sulit dihindari akibat dorongan stimulus jangka pendek," kata Jim Reid dari Deutsche Bank, mengacu pada stimulus AS.

"Apakah kenaikan harga barang, upah atau harga aset, atau ketiganya, tetapi tidak bisa dihindari akan ada dampaknya."

Dampak terhadap inflasi juga datang dari kenaikan harga minyak mentah Brent yang telah menyentuh level tertinggi harian pada 60,06 dolar AS per barel, sejak Januari tahun lalu.

Janji Arab Saudi untuk meningkatkan pengurangan produksi pada Februari dan Maret, yang didukung pengurangan produksi oleh anggota OPEC lainnya, termasuk Rusia, turut membantu membatasi pasokan dan mendorong kenaikan harga.

Tanda lebih lanjut dari dinamika pasokan minyak global, spread enam bulan harga minyak Brent mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun. Ekonom OCBC Howie Lee mengatakan Saudi juga telah mengirimkan "sinyal yang sangat bullish" minggu lalu, dengan menjaga harga minyak di Asia tidak berubah.

"Saya tidak berpikir ada orang yang berani melakukan short di pasar ketika Arab Saudi melakukan hal seperti ini," katanya.

Stimulus

Kenaikan harga saham di Asia telah membuat Nikkei Jepang ditutup naik 2 persen, saham unggulan China naik 1,5 persen dan saham Australia berakhir 0,6 persen lebih tinggi.

Wall Street berjangka menunjukkan 0,3 persen lebih tinggi setelah Nasdaq dan S&P 500 keduanya naik ke rekor tertinggi pada hari Jumat lalu karena data pekerjaan bulanan AS yang lemah mendukung ekspektasi stimulus dan setelah beberapa pendapatan perusahaan yang kuat.

Presiden AS Joe Biden dan sekutu Demokratnya di Kongres terus maju dengan rencana stimulus mereka pada hari Jumat, ketika anggota parlemen menyetujui garis besar anggaran yang akan memungkinkan mereka untuk bekerja dalam beberapa minggu mendatang tanpa dukungan dari Partai Republik.

Menteri Keuangan AS Janet Yallen memperkirakan ekonomi Amerika Serikat akan mencapai kapasitas tenaga kerja penuh tahun depan jika Kongres meloloskan paket stimulus yang diajukan.

"Itu pekerjaan besar, dalam keadaan kapasitas lapangan kerja penuh pertumbuhan adalah 4,1 persen, tetapi pasar akan bergerak dengan baik jika program vaksinasi berjalan secara efisien di sejumlah negara," kata Chris Weston, kepala bidang strategi di Pepperstone yang berbasis di Melbourne.

Namun, ekspektasi pemulihan ekonomi AS tidak mendorong kenaikan dolar AS, "meskipun sebagian besar optimisme terhadap makro ekonomi AS cukup mendasar," kata Kristoffer Kj¦r Lomholt, analis kepala dan strategi suku bunga di Danske Bank.

"Pemulihan lapangan pekerjaan AS kurang lebih sudah jatuh, dan hal itu memberi ruang untuk pergerakan euro/dolar AS lebih tinggi. Tema besar berikutnya yang penting adalah soal kebijakan fiskal AS."

Dolar AS turun dari level tertinggi empat bulan terhadap yen Jepang menjadi terakhir di 105,50. Euro kembali melemah meskipun pada level 1,2022 dolar AS setelah naik 0,7 persen pada hari Jumat lalu ke level tertinggi dalam satu pekan.

Data menunjukkan industri Jerman terhindar kontraksi pada Desember. Meskipun pelaksanaan karantina akibat virus korona di dalam dan luar negeri, tetapi permintaan dari China membantu kenaikan ekspor negara ekonomi terbesar di Eropa itu walaupun di tengah pandemi COVID-19.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun dari tertinggi satu minggu menjadi 0,7655 dolar AS sementara Rand Afrika Selatan turun hampir 0,5 persen setelah masalah vaksin AstraZeneca.

Baca juga: Saham global merosot, kekhawatiran virus imbangi harapan pemulihan
Baca juga: Brent dekati 60 dolar, terangkat pengurangan pasokan dan stimulus
Baca juga: Saham Asia dekati rekor tertinggi, minyak menuju 60 dolar

 

Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021