London (ANTARA) - Penyalahgunaan model iklim dapat menimbulkan risiko yang semakin besar bagi pasar keuangan dengan memberikan investor kepastian semu tentang bagaimana dampak fisik dari perubahan iklim akan terjadi, menurut para penulis sebuah makalah yang diterbitkan Senin (8/2).

Dengan gelombang panas, kebakaran hutan, badai besar, dan kenaikan permukaan laut yang diproyeksikan meningkat seiring dengan pemanasan planet (bumi), perusahaan berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengungkapkan bagaimana gangguan itu dapat berdampak pada bisnis mereka.

Tapi para penulis artikel di Nature Climate Change itu memperingatkan bahwa dorongan untuk mengintegrasikan pemanasan global ke dalam pengambilan keputusan keuangan telah melompati model yang digunakan untuk menyimulasikan iklim itu dengan "setidaknya satu dekade".

"Dengan cara yang sama bahwa mobil Formula Satu Grand Prix tidak akan anda gunakan untuk pergi ke pasar swalayan, model iklim tidak pernah dikembangkan untuk memberikan informasi yang cocok untuk risiko finansial," kata Andy Pitman, ilmuwan iklim di University of New South Wales dan rekan penulis makalah.

Penggunaan model iklim yang tidak tepat dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti "pencitraan ramah lingkungan" beberapa investasi dengan mengecilkan risiko, atau menghantam kemampuan perusahaan untuk meningkatkan utang dengan membesar-besarkan perusahaan lain, kata penulis.

Masalahnya adalah bahwa model iklim yang ada telah dikembangkan untuk memprediksi perubahan suhu selama beberapa dekade, pada skala global atau kontinental, sedangkan investor umumnya membutuhkan analisis lokasi khusus pada kerangka waktu yang jauh lebih pendek.

Model iklim juga tidak dirancang untuk menyimulasikan peristiwa cuaca ekstrem, seperti badai, yang dapat menyebabkan kerugian finansial mendadak.

Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, para penulis itu menyerukan pengembangan bentuk baru proyeksi iklim untuk mendukung sektor keuangan, yang didukung oleh "penerjemah iklim" yang memenuhi syarat untuk membantu regulator, investor, dan perusahaan memanfaatkan sains dengan lebih baik.

"Bisnis suka menggunakan model, karena angka memberi mereka rasa aman," kata Tanya Fiedler, dosen di University of Sydney dan penulis utama makalah tersebut. "Penggunaan model itu tidak harus berarti angka-angka itu dapat diandalkan."

Sumber: Reuters


​​​Baca juga: Negara Nordik perkenalkan model pembangunan ekonomi berkelanjutan

Baca juga: PM Inggris luncurkan koalisi global untuk adaptasi perubahan iklim

Baca juga: Vaksin sekarang arahkan investor, bukan laba emiten dan data ekonomi


 

Eurochamp optimistis iklim ekonomi indonesia sehat

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021