Chicago (ANTARA) - Produsen Pfizer dan BioNTech mulai melakukan riset internasional dengan 4.000 partisipan untuk mengevaluasi keamanan dan keampuhan vaksin COVID-19 mereka pada ibu hamil yang sehat, menurut kedua perusahaan, Kamis.

Ibu hamil berisiko tinggi mengalami COVID-19 parah dan banyak petugas kesehatan masyarakat menyarankan agar beberapa perempuan dengan profesi berisiko tinggi disuntik vaksin, bahkan tanpa adanya bukti bahwa vaksin aman untuk mereka.

Pekan lalu Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) menyerukan agar ibu hamil dan menyusui dilibatkan dalam riset vaksin COVID-19.

Pakar bioetika, vaksin dan kesehatan ibu bertahun-tahun berselisih pendapat supaya ibu hamil seharusnya disertakan di awal uji klinis vaksin, sehingga mereka tidak perlu menunggu lama sampai ada vaksin yang efektif.

Baca juga: Studi Israel temukan vaksin Pfizer 95 persen efektif lawan COVID-19
Baca juga: Pekerja rumah sakit disuntik, Jepang mulai vaksinasi COVID-19


Akan tetapi, ibu hamil dikecualikan dari uji kllnis AS yang lebih besar, yang dilakukan untuk mengantongi izin penggunaan darurat vaksin COVID-19.

Produsen obat mengatakan bahwa mereka terlebih dahulu perlu memastikan vaksin aman dan efektif secara umum. Di AS, regulator mengharuskan produsen obat melakukan riset keamanan pada binatang yang sedang hamil sebelum vaksin diuji cobakan pada ibu hamil guna meyakinkan bahwa vaksin tidak membahayakan janin atau menyebabkan keguguran.

Pihak perusahaan mengaku riset tersebut tidak memunculkan risiko baru.

Ibu hamil di AS sudah menerima dosis pertama vaksin mereka, kata perusahaan

Riset lanjutan akan menguji ibu hamil berusia 18 tahun ke atas di AS, Kanada, Argentina, Brazil, Chile, Mozambik, Afrika Selatan, Inggris Raya dan Spanyol.

Mereka nantinya akan menerima vaksin pada minggu ke 24-34 kehamilan, mendapatkan dua suntikan dengan selisih waktu 21 hari - regimen serupa yang digunakan pada uji klinis yang lebih besar.

Tak lama setelah melahirkan, partisipan yang mendapat plasebo dalam uji klinis akan diberikan kesempatan untuk memperoleh vaksin yang sebenarnya, dengan status masih menjadi bagian dari riset, kata perusahaan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kajian di Israel: vaksin Pfizer 85% efektif dalam suntikan pertama
Baca juga: Peneliti desak penundaan pemberian dosis kedua vaksin Pfizer

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021