ada titik cerah untuk menjadi lumbung beras
Sungailiat,Bangka (ANTARA) - Semangat Pemerintah Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk mewujudkan kemandirian pangan khususnya beras tidak tanpa alasan karena pemenuhan kebutuhan dasar pokok beras dari hasil panen petani setempat belum mencukupi.

Petani setempat hanya mampu mencukupi 20 persen dari jumlah populasi penduduk yang mencapai 300 ribu jiwa lebih sehingga kebutuhan beras masih didatangkan dari pulau Jawa dan Sumatera.

Produksi beras petani saat ini hanya 8,002,18 ton atau setara 14.991 ton gabah kering panen dari luas sawah 5.579,9 hektare yang mencakup  1.991,1 hektare padi sawah dan 3.588,8 hektare padi ladang.

Data dari dinas pertanian setempat mencatat ada 900 hektare lebih lahan yang belum digarap maksimal, termasuk lahan-lahan bekas bekas tambang biji timah. Lahan inilah yang berpotensi untuk menjadi areal sawah baru sehingga bisa mendukung kemandirian pangan.

Bupati Bangka Mulkan mengatakan, kemandirian pemenuhan beras hendaknya mendapat dukungan penuh dari petani dengan meningkatkan produktifitas padi di area sawah yang sudah tersedia. Produktifitas padi bisa ditingkatkan dengan penggunaan benih unggul, pemupukan yang optimal, dan pengendalian hama secara berkelanjutan.

Menurut Bupati, hampir setiap wilayah kecamatan terdapat lahan subur namun belum semua dikembangkan maksimal untuk kegiatan tanaman padi, padahal sektor pertanian menjadi sektor pilihan masyarakat berkelanjutan karena sektor pertambangan yang selama ini menjadi tumpuan perekonomian tidak dapat diperbaharui.

Baca juga: Menteri Pertanian kunjungi pabrik tapioka Bangka

Gandeng HKTI

Bupati Mulkan mengatakan, pihaknya akan mengandeng Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) bersama-sama mendorong petani  meningkatkan pemanfaatan area persawahan baik yang sudah tersedia ataupun lahan sawah baru.

“Saya memandang perlu melibatkan organisasi HKTI bersama-sama membangun sektor pertanian berkelanjutan sesuai peranannya meningkatkan pendapatan petani pedesaan mendukung percepatan pembangunan pertanian serta menjadikan sektor pertanian sebagai basis pembangunan nasional,” jelasnya.

Menurut Bupati, penata kelolaan sektor pertanian terus dikembangkan berbasis pemberdayaan kualitas petani seiring perluasan pembangunan persawahan baru menyongsong swasembada beras tahun 2024.

“Tahun 2021, kami melakukan perluasan area sawah baru seluas 30 hektar dan ditargetkan tahun 2024 swasembada beras dapat tercapai,” ujarnya.

Bupati optimis, target swasembada beras dari hasil panen padi petani mengingat potensi lahan persawahan masih cukup luas terutama lahan bekas pertambangan biji timah.

Baca juga: Gubernur: Mentan janji akan bikin Babel surplus pangan

Area bekas tambang  

Pemanfaatkan area bekas tambang biji timah untuk persawahan, merupakan terobosan tepat guna yang dikembangkan pemerintah Kabupaten Bangka  sebagai upaya optimalisasi meningkatkan produksi padi.

Pemanfaatan lahan tidur yang difungsikan menjadi area persawahan tidak hanya sekedar melakukan reklamasi dengan tanaman tumbuh, namun lebih pada pemanfaatan sektor pertanian berkelanjutan.

Pemanfaatan bekas tambang biji timah itu berhasil masuk dalam Inovasi Top 45 tingkat nasional sebagai bukti keseriusan pemerintah Kabupaten Bangka dalam pengembangan sektor pertanian secara berkelanjutan.

Menurut Bupati, lahan bekas tambang biji timah yang tersebar di sejumlah wilayah kecamatan berhasil disulap menjadi hamparan area persawahan seluas 573,5 hektare.

"Meskipun belum semuanya digarap petani, tetapi sudah mulai ada titik cerah untuk menjadi lumbung beras,” kata Mulkan.

Kemampuan produksi panen padi di atas lahan bekas tambang biji timah diakuinya, masih relatif rendah yakni lima ton per hektare gabah panen kering atau dibawah hasil panen normal sebanyak tujuh ton lebih per hektare.

Area sawah seluas 900 hektare termasuk persawahan hasil pemanfaatan bekas tambang biji timah yang belum maksimal digarap petani, ditargetkan tahun 2023-2024 sudah digarap semua oleh petani untuk pertanaman padi.

Baca juga: Kementan kucurkan Rp12 miliar untuk pertanian Bangka Selatan

Kelompok Tani

Untuk mengejar produktivitas lahan sawah, Dinas Pertanian setempat terus melakukan pemberdayaan petani yang tergabung dalam wadah kelompok tani sehingga pengetahuan petani soal budi daya padi semakin baik.

Penguatan komunikasi antara petani dalam kelompok maupun wadah gabungan kelompok tani (Gapoktan) dengan tenaga pendamping yaitu petugas penyuluh lapangan (PPL) pertanian, sebagai syarat tak terpisahkan mencetak sumber daya manusia.

Kepala Bidang Sarana dan Prasana Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bangka, Sugeng Marsudi mengatakan peningkatan kualitas petani melibatkan Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung sebagai institusi formal melatih sumber daya petani telah membuahkan hasil.

Kelompok tani mendapat pelatihan dari tenaga BPP mulai dari tahap awal mengolah tanah sebagai media tanam sampai pada kemampuan membuat pupuk organik, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan pascapanen.

Saat ini kata Sugeng Marsudi, sejumlah petani sudah mempunyai kemampuan membuat produk pupuk organik atau kompos hasil fermentasi meskipun masih dalam jumlah terbatas.

Pupuk organik ternyata membuat tanah menjadi lebih subur karena pupuk jenis itu mampu menumbuh mikroorganisme tanah yang membuah tanah lebih sehat.

Petani juga sudah mampu mengendalikan serangan hama pengganggu tananam seperti penggerek batang padi, wereng dan tikus sehingga hasil panen masih dapat terjaga,  tidak sampai terjadi “Puso” atau gagal panen.

Dalam beberapa tahun ke depan, Dinas Pertanian optimis hasil panen petani akan lebih meningkat dan mampu mendukung swasembada beras.

Baca juga: Mentan: Sektor pertanian tumbuh baik di tengah pandemi COVID-19

Dukungan sarpras pertanian

Pemerintah Kabupaten Bangka juga memperkuat dukungan bagi swasembada beras dengan menyalurkan sarana dan prasarana pertanian.

Petani mendapat bantuan mesin kerja berupa traktor roda dua masing-masing satu unit untuk 70 gabungan kelompok tani yang membawai 1.066 kelompok tani di delapan kecamatan atau di 62 desa.

Penggunaan traktor untuk pengolahan tanah terbuki membuat waktu pengolahan semakin cepat dan biaya yang semakin ringan dibanding penggunaan alat lainnya, sehingga petani akan lebih bersemangat untuk bertanam padi.

Saat ini petani di wilayah Kabupaten Bangka umumnya baru mampu menanam padi sebanyak dua kali setahun karena irigasi yang ada belum sepenuhnya mampu menjangkau areal sawah yang ada.  Sebagian bahkan masih berupa sawah tadah hujan yang hanya ditanami padi saat air tersedia di musim hujan.

Namun pemerintah daerah juga terus berupaya memperluas jangkauan air irigasi bahkan mendorong dana desa bisa digunakan untuk membangun saluran irigasi tersier sehingga paling tidak sawah bisa ditanami padi dua kali dalam setahun.

Selain itu, untuk memperlancar penyaluran pupuk bersubsidi, Gapoktan diberikan hak untuk mengusulkan kebutuhan pupuk subsidi yang dialokasi pemerintah sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) melalui sistem online dengan melampirkan data kebutuhan pupuk subsidi  masing-masing anggota.

Tercatat alokasi pupuk subsidi tahun 2021 untuk Kabupaten Bangka yaitu Urea sebanyak 6.175 ton, SP36 888 ton, ZA sebanyak 413 ton, NPK 4.954 ton serta pupuk organik sebanyak 1.299 ton.

Kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi ini sangat penting karena selain jumlah yang berimbang, pupuk tersebut harus diberikan tepat waktu untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kelancaran pemberian pupuk diharapkan makin mendukung capaian hasil panen yang maksimal.

Semua upaya Dinas Pertanian itu diharapkan mampu terus meningkatkan produksi beras sehingga tidak ada lagi ketergantungan beras dari daerah lain.

Baca juga: Babel jadikan sentra padi Bangka Selatan sebagai "food estate"
 
Destinasi wisata persawahan

Area persawahan yang terbentang luas tidak hanya menjadi sumber pangan pokok namun juga dapat dijadikan destinasi wisata alternatif.

Bupati menginginkan agar akses menuju persawahan hendaknya ditata sedemikian rupa agar mudah dijangkau termasuk tersedianya sarana istirahat atau gazebo bagi pengunjung.

Penyeragaman tanaman padi saat musim tanam dapat memanjakan pemandangan pengunjung seperti hijaunya tanaman padi yang merata sampai tiba musim panen dengan menguningnya batang dan buliran padi.

Mulkan optimis, destinasi wisata persawahan akan banyak diminati masyarakat mengingat selama ini objek wisata didominasi oleh pantai, air terjun, taman bunga dan destinasi lainnya.

“Konsep destinasi wisata sawah hendaknya dapat segera disusun oleh dinas terkait dan saling berkoordinasi antarlembaga dan masyarakat desa,” jelas bupati.

Saat ini Dinas Pertanian bersama Dinas Pariwisata beserta  kelompok sadar wisata mulai berkolaborasi membangun sektor pertanian dan pariwisata secara terpadu.

Areal sawah yang tertata dengan baik juga bisa menjadi wisata edukasi bagi pelajar sehingga pelajar bisa mengenal lebih dekat bagaimana jerih payah petani membudidayakan padi demi tersedianya beras di masyarakat.

Bupati berharap petani hasil produksi padi petani bisa terus meningkat dan semoga wisata edukasi bisa segera terwujud.

Baca juga: Mentan dukung konsep sawah terpadu Bangka Selatan

 
 

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021