Sekarang ini demand perumahan 70 persen ada di Jawa, Sumatera, dan Kawasan Jabodetabek (Jakarta). Jadi konsentrasi pasar perumahan ada di wilayah-wilayah tersebut.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai kebijakan uang muka atau down payment (DP) KPR rumah nol persen kemungkinan bisa memengaruhi permintaan rumah di sejumlah wilayah yakni Sumatera, Jawa, dan kawasan Jabodetabek (Jakarta).

"Sekarang ini demand perumahan 70 persen ada di Jawa, Sumatera, dan Kawasan Jabodetabek (Jakarta). Jadi konsentrasi pasar perumahan ada di wilayah-wilayah tersebut," ujar Aviliani dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Karena itu, untuk wilayah-wilayah di luar Jawa, Sumatera dan Jabodetabek kepadatan populasinya cenderung rendah sehingga market untuk perumahannya kemungkinan kurang begitu terdampak dengan adanya DP 0 persen ini.

"Jadi kalau kita melihat di daerah-daerah itu biasanya setiap pengembang perumahan itu sudah tahu potensi pasarnya seperti apa, dan ketika mereka melakukan pembangunan itu modelnya seperti apa," kata Aviliani.

Baca juga: BI: Relaksasi DP KPR dan otomotif tumbuhkan kredit konsumsi 0,5 persen

Dalam kesempatan sama, peneliti ekonomi Indef Riza Annisa Pujarama mengatakan bahwa peningkatan demand rumah dengan adanya kebijakan DP 0 persen tentunya akan dipengaruhi oleh pendapatan itu sendiri. Jadi bagaimana tingkat pendapatan di daerah tersebut terutama daerah dengan pendapatan yang stabil di masa Covid-19.

Kemungkinan terjadinya peningkatan demand rumah di beberapa daerah bisa terjadi karena selain dipengaruhi tingkat kepadatan penduduk juga pendapatan mereka juga mendukung untuk melakukan pembelian rumah.

"Ini juga bisa dilihat apakah akan terjadi peningkatan demand atau tidak melalui indeks harga properti residensial (IHPR) di mana ketika indeks ini meningkat berarti ada kenaikan permintaan terhadap rumah," ujar Riza.

Baca juga: Ekonom dorong perbankan cari jalan tengah dukung relaksasi DP KPR

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memproyeksi relaksasi berupa pelonggaran uang muka (DP) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan otomotif akan menumbuhkan kredit konsumsi dua sektor tersebut mencapai kisaran 0,5 persen pada 2021.

Asisten Gubernur BI Juda Agung mengatakan bahwa berdasarkan kajian empiris, dampak dari dua pelonggaran dari BI itu akan semakin mendorong pertumbuhan kredit konsumsi baik di sektor properti dan otomotif.

Ia memproyeksi peningkatan kredit akan terjadi secara simultan ketika mobilitas masyarakat mulai meningkat yang diperkirakan juga akan mendorong permintaan sektor properti dan otomotif.

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021