Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden Bidang Sosial Angkie Yudistia mengingatkan bahwa keterbatasan bukan alasan bagi generasi muda untuk tidak produktif di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang.

"Keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak menjadi produktif. Banyak solusi yang bisa kita dapatkan selama kita mau menembus keterbatasan itu, sebagai contoh saya yang merupakan tunarungu, tetap bisa produktif dengan memanfaatkan teknologi yang ada, seperti smartphone dan laptop saya yang bisa menampilkan teks dari pembicaraan lawan bicara saya," kata Angkie saat memberikan motivasi kepada ribuan karyawan FIFGroup dalam acara virtual, Kamis.

Di depan kurang lebih 1.000 karyawan, termasuk karyawan penyandang disabilitas FIFGroup itu, penulis buku "Perempuan Tunarungu, Menembus Batas" tersebut memberikan kiat-kiat bagaimana beradaptasi dalam kondisi pandemi COVID-19.

Angkie menyampaikan pentingnya transformasi digital terutama untuk melewati keterbatasan yang bangsa Indonesia saat ini.

Hal itu disampaikannya berdasarkan lima arahan transformasi digital yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu peningkatan infrastruktur digital dan layanan internet, roadmap transformasi digital di sektor strategis, percepatan integrasi pusat data, persiapan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) talenta digital dan juga persiapan regulasi serta pendanaan.

Dari kelima poin tersebut yang menjadi fokus wanita lulusan Ilmu Komunikasi di London School Public Relation tersebut adalah persiapan SDM talenta digital, di mana pentingnya untuk seluruh bangsa Indonesia, untuk tidak menjadi gagap teknologi terhadap perubahan dan pembaharuan teknologi yang terjadi saat ini.

Oleh karena itu, ada 10 skill set yang harus dimiliki generasi milenial Indonesia, yaitu kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, manajemen SDM, kerja sama tim, intelegensi emosional, pembuatan penilaian dan keputusan, kemampuan melayani dan negosiasi serta fleksibelitas kognitif.

Angkie menyampaikan, dengan menggunakan keseluruhan ketrampilan tersebut kita harus bisa menjadi inovatif dalam menghadapi persoalan atau permasalahan yang kita miliki. "Mencari, bertanya, memaksimalkan yang kita miliki untuk mencari solusi adalah cara dalam menyelesaikan masalah, jangan pernah kita menjadi pribadi yang selalu menyalahkan segala sesuatunya saat dihadapkan masalah."

Sementara itu, saat membuka acara, Human Capital, GS and Corporate Communication Director FIFGroup Esther Sri Harjati menyampaikan bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang itu bukan sebuah halangan untuk seseorang dalam mewujudkan mimpi. Semangat kerja keras untuk menembus keterbatasan itu adalah kunci penting untuk mengantarkan seseorang dalam meraih mimpinya hingga memiliki prestasi.

"Kisah Angkie menjadi inspirasi bagi kita, khususnya kaum milenial FIFGroup untuk mencontoh semangat dan kerja kerasnya. Saya berharap seluruh insan FIFGroup dapat menyerap kisah ini, di mana kita harus menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan meningkatkan semangat juang di tengah kondisi yang penuh tantangan saat ini," katanya.


Baca juga: Stafsus Presiden jelaskan harapan penyandang disabilitas dalam Pilkada

Baca juga: Stafsus sebut Presiden jamin hak penyandang disabilitas berkarya

Baca juga: Presiden sudah sahkan 9 peraturan turunan UU Penyandang Disabilitas

Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021