Jakarta (ANTARA) - Strategi untuk menjadi super app yang dilakukan Grab sejak 2018 dinilai membantu perusahaan penyedia layanan online tersebut mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19.

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyatakan, awal 2020 merupakan waktu yang sulit bagi kami, karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di banyak kota dan pemerintah meminta semua orang untuk membatasi mobilitas mereka.

"Saat itulah lini bisnis transportasi kami sangat terdampak. Namun kami sejak awal memutuskan untuk melakukan diversifikasi bisnis. Sejak itu pendapatan kami telah kembali pulih seperti pada saat sebelum pandemi, dan kami melihat peluang besar di sektor pengiriman termasuk makanan, bahan makanan dan logistik. Sektor ini mencakup 50 persen dari bisnis kami saat ini," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Grab-Kemenparekraf kerja sama untuk pemulihan pariwisata

Dengan bauran layanan yang komprehensif, Neneng mengatakan Grab telah berhasil bertransformasi selama pandemi ini.

“Dengan bangga kami sampaikan bahwa kami bukan lagi perusahaan ride-hailing atau transportasi online, tetapi kami telah sepenuhnya menjadi perusahaan aplikasi super," ujarnya.

Sektor pengantaran barang yang kini menjadi fokus Grab, tambahnya, bukan hanya pengiriman barang dan pemesanan makanan dari warung atau restoran, tetapi sudah berkembang dengan melayani pasar tradisional atau yang sering disebut "pasar basah" dan juga para social seller.

“Kami melihat ada masalah di sektor pasar basah. Saat pembatasan sosial diberlakukan, masyarakat tidak lagi datang ke pasar basah. Kami pun berpikir, bagaimana mereka bisa bertahan menjalankan bisnis mereka?," katanya.

Itulah mengapa, lanjutnya, pihaknya mengembangkan layanan GrabMart dan GrabAssistant, yang dirancang juga untuk menjangkau pasar tradisional. Ada puluhan ribu pedagang pasar basah yang bisa terus menjual dagangannya berkat dua layanan ini.

Baca juga: Grab Asia Tenggara disebut sedang pertimbangkan IPO di AS tahun ini

Di bulan April 2020, Grab bekerja sama dengan PD Pasar Jaya untuk melayani 88 pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta. Mulai Oktober 2020, layanan GrabAssistant tersedia di ratusan kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

Melalui layanan tersebut, mitra pengemudi Grab dapat menjangkau sebanyak 7.000 pasar tradisional melalui sistem pemetaan Grab.

Grab juga telah meluncurkan layanan belanja kebutuhan harian GrabMart sejak Juli 2020. GrabMart telah menjadi platform yang digunakan oleh ribuan merchant mulai dari supermarket besar, apotek, hingga toko-toko kelontong.

Sektor lain yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah layanan keuangan digital. Menurut Neneng, fokus Grab Indonesia adalah menyediakan layanan keuangan digital untuk menjembatani kesenjangan inklusi keuangan pada masyarakat Indonesia.

“Melalui bank digital atau tidak, misi kami tetap sama, yakni memberikan akses yang setara pada produk dan layanan perbankan. Kami memiliki mitra GrabKios di ratusan kota yang melayani masyarakat Indonesia, yang masih belum atau baru sedikit tersentuh layanan perbankan,” jelas Neneng.

GrabKios adalah aplikasi digital dari Grab yang memungkinkan semua orang dari individu, warung atau pengusaha kecil, untuk menawarkan layanan digital dan keuangan seperti pulsa, pengiriman uang, pembayaran tagihan dan BPJS dan masih banyak lagi kepada jutaan orang yang tidak memiliki rekening dan juga akses pada layanan perbankan di Indonesia.

Baca juga: Grab dan Kemenparekraf kolaborasi dukung #BeliKreatifDanauToba

Baca juga: NeoClinic dan Grab hadirkan layanan NeoClinic Express di Jakarta

Pewarta: Subagyo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021