Jakarta (ANTARA) - Vice President Asian Development Bank (ADB) Bambang Susantono meyakini perekonomian Indonesia akan pulih seperti dialami perekonomian berbagai negara, meskipun tidak akan berlangsung cepat dalam membentuk huruf V atau V shape recovery.

Namun demikian Bambang mengakui pandemi COVID-19 yang memukul ekonomi seluruh dunia membuat tingkat konsumsi, investasi, dan ekspor serta impor turun. Satu-satunya sektor yang masih bisa memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi adalah dukungan belanja pemerintah, sambung Bambang dalam webinar 'Great Reset and Future Prospects' yang diadakan secara daring di Jakarta, Rabu.

Dia berharap pengalaman sejumlah negara yang berhasil melewati krisis Asia dan krisis global di masa lalu bisa membuat negara-negara dapat menghindari krisis sehingga perekonomian bisa kembali pulih.

Bambang mengakui pandemi COVID-19 meninggalkan "luka" yang menyebabkan perekonomian tidak mudah untuk pulih dengan cepat. "Akan sangat krusial bagi beberapa negara mencoba untuk mengelola utang agar terjaga," kata dia.

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi harus ditopang investasi

Bambang juga tidak menepis kemungkinan terjadinya krisis lebih besar dari pada krisis ekonomi yang diakibatkan pandemi COVID-19 yang terjadi pada 2020.

Bambang mengaku mengkhawatirkan tingkat utang akibat pandemi COVID-19 di berbagai negara, khususnya di Asia Pasifik, yang begitu besar.

"To be honest, apa pun modelnya kita melihat kemungkinan suatu krisis yang lebih besar tetap ada," kata Bambang.

Dia menyebut banyak negara yang memiliki rasio utang meningkat sejak pandemi COVID-19 karena butuh pembiayaan untuk penanganan kesehatan dan ekonomi di masing-masing negara.

"Apa yang terjadi di negara Asia Pasifik dengan adanya COVID-19, mereka harus mengalokasikan kebijakan dan dana lebih ke sektor kesehatan dan income support," kata Bambang.
 
Baca juga: ADB: Teknologi digital dorong pemulihan ekonomi dari krisis COVID-19

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021