Jakarta (ANTARA) - Maarif Institute, MAFINDO, LoveFrankie & Google.org, hadir untuk anak-anak di bangku sekolah dan para tenaga pengajar atau pendidik di Indonesia agar mampu berpikir kritis, menangkal hoaks sekaligus menavigasi tantangan di lingkungan pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 ini.

Yulita Priyoningsih dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud memberikan respon positif atas peluncuran laman yang menyasar anak-anak muda melalui pembelajaran daring ini.

"Untuk ke depan kami berencana menindaklanjuti kerja sama dengan modul-modul yang sudah disiapkan teman-teman di Tular Nalar, mencoba market yang lebih luas termasuk kalangan akademisi. Memasukkan modul Tular Nalar menjadi materi terbuka di SPADA Indonesia (Sistem Pembelajaran Daring)," ujar dia dalam peluncuran website Tular Nalar secara virtual, Kamis.

Baca juga: Dion Wiyoko terenyuh banyak siswa belajar online minim fasilitas

Baca juga: Tips pakai Google Classroom "offline" untuk guru dan murid


Pengelolaan media sosial yang tepat juga menjadi bagian dari laman ini. Pengguna juga bisa mengakses berbagai video pembelajaran, artikel dan kuis-kuis tentang internet, kesehatan masyarakat termasuk rencana pembelajaran yang bisa didapatkan dari laman itu.

Sembari mengakses laman, para pengguna laman juga bisa berinteraksi dengan kolega dan memberikan ide-ide masing-masing dalam mencermati media sosial yang belakangan dibanjiri informasi salah, berita bohong dan sebagainya.

Direktur Aptika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan berharap hadirnya platform baru pembelajaran ini dapat menciptakan masyarakat yang tahu dan tanggap terhadap hoaks.

Hal senada diungkapkan Abdul Rohim Ghazali dari Maarif Institute. Dia mengatakan, pada akhirnya hoaks dan informasi salah yang destruksif bagi hidup orang-orang bisa semakin terpinggirkan dengan semakin kritisnya pemikiran masyarakat.

Dalam kesempatan itu, Santi Indra Astuti dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) berpendapat, menyelesaikan masalah-masalah terkait informasi salah termasuk hoaks, ujaran kebencian dan sebagainya membutuhkan pendekatan menyeluruh. Edukasi yang diberikan pun tak bisa setengah-setengah dan atas alasan inilah Tular Nalar hadir untuk memberikan berbagai program hingga edukasi.

"Kita prihatin di samping kualitas informasi yang baik, kita juga berhadapan dengan informasi beracun seperti hoaks, ujaran kebencian. Kalau menyelesaikan masalah ini perlu pendekatan menyeluruh dan tidak bisa edukasi setengah-setengah. Hadirlah Tular Nawar menawarkan program sampai edukasi," tutur Santi.

Di sisi lain, laman Tular Nalar juga bisa menjadi jawaban atas situasi pandemi yang menjadi tantangan baru dalam dunia pendidikan. Menurut Sinta, ini kesempatan Tular Nalar membantu meningkatkan literasi sembari menghadirkan konten positif.

Baca juga: Titik tengah tingginya konsumsi internet dan literasi media sosial

Baca juga: Digitalisasi bantu dorong program "Merdeka Belajar" siswa dan guru

Baca juga: MPMX buka kelas literasi digital, salurkan alat belajar online

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021