Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat merupakan kunci utama untuk meningkatkan kesadaran akan bisnis yang berkelanjutan (sustainable) dan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat luas.
 
Public Affairs, Communications & Sustainability Director at Coca-Cola Amatil Indonesia, Lucia Karina, mengatakan bahwa tren peningkatan agenda ESG -- atau standar perusahaan dalam praktik investasinya yang terdiri dari tiga konsep atau kriteria: Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola Perusahaan), sudah cenderung dilirik, termasuk di Indonesia.

"Investasi berbasis ESG memberikan kesinambungan yang kokoh di masa kini dan masa depan. Dengan manajemen risikonya yang baik, ini tidak hanya memberikan profit, tapi juga untuk bisnis jangka panjang. Memberikan lebih banyak value untuk lingkungan dan masyarakat di mana kita (perusahaan) beroperasi, serta negara itu sendiri," kata Karina dalam wawancara eksklusif bersama ANTARA, baru-baru ini.

Baca juga: Pameran "Inspiraktif" ajak masyarakat kenali potensi plastik bekas

Lebih lanjut, Karina mengatakan bahwa tren ESG di Indonesia memang tidak secepat negara lainnya, namun, ini perlu didorong bersama banyak pihak. Bukan hanya untuk keberlanjutan lingkungan sekitarnya, namun juga sebagai tanggung jawab yang lebih luas lagi.

"Saya berharap pemerintah fokus ke pengembangan ESG dan memberikan stimulasi untuk ini, karena harus diambil sebagai broader responsibilty. Ada kapabilitas untuk memberikan insentif supaya perusahaan berlomba investasi teknologi terkini, dan aktivitas lain yang berkaitan," jelas dia.

"Kalau misalnya pemerintah bisa menggandeng perusahaan swasta untuk menjadi partner, untuk bersama menjalankan ESG ini, saya rasa PR kita di Indonesia akan teredukasi. Alangkah baiknya kita bicara dan beraksi soal ESG secara positif," imbuhnya.

Karina menambahkan, baik pemerintah maupun perusahaan harus fokus ke pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan. Untuk melakukan hal tersebut, perlu bergandengan tangan dan memberikan dorongan serta inovasi.

Aktivasi sumber daya energi berbasis air dan angin, misalnya, bisa menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan sekaligus memanfaatkan energi baru.

Selain itu, Karina berpendapat bahwa berbagai kalangan masyarakat juga perlu diedukasi sejak dini mengenai keberlanjutan atau sustainability-- baik untuk lingkungan hingga komunitas terdekat.

"Media harus punya peran, karena ini adalah ujung tombak semuanya. Promosikan upaya yang dilakukan perusahaan dan individu terhadap usaha peningkatan sustainability dari banyak aspek," kata Karina.

"Pendidikan di sekolah juga penting. Misalnya soal plastik, perlu adanya penanaman awareness soal itu (plastik, sampah), dan bagaimana kita bisa mengelolanya dengan bijak," pungkasnya.

Baca juga: Sprite hadir dengan botol jernih ramah lingkungan

Baca juga: "No Time To Die" habiskan 8.400 galon Coca-Cola aksi sepeda motor

Baca juga: Coca-cola kembangkan atap panel surya terbesar di Asia Tenggara

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021