Archie juga punya channel YouTube ya, isinya video menggambar, tapi videonya baru sedikit ya?
Ngeditnya malas, jadi jarang update YouTube. Padahal bahan ada banyak, tiap menggambar direkam, tapi saya malas edit. Kalau gambarnya rada serius, direkam. Siapa tahu berguna kalau mau diedit-edit masukin ke YouTube. Sekalian mau kasih lihat prosesnya. Itu juga kalau ingat, banyaknya enggak ingat (tertawa).

Hobi di luar komik?
Menjahit. Kalau enggak crafting bikin sculpting. Sekarang lagi senang bikin journaling, menulis keseharian, pencapaian, terus dihias, digambar, ditempel stiker. Bikin deskripsi pekerjaan, pengeluaran, pemasukan. Senang menghias-hiasnya sih, sama nempelin stiker dan washi tape. Somehow itu relaxing.

Pandemi jadi banyak belanja stiker dong?
Sempat dulu, tapi sekarang sudah tobat (tertawa) soalnya sudah banyak banget enggak habis-habis. Saya mikir kalau beli terus ini akan bahaya, sudah hoarder (tertawa). Sambil journaling sambil dengar video ASMR yang berhubungan dengan menulis, suara kertas saat menulis atau suara buka paket. Itu rasanya calming.

Kalau ke luar rumah apa yang harus dibawa?
HP, dompet, sketchbook.

Pernah ada yang mengenali Archie di ruang publik?
Saya punya teman SMP yang dulu menginspirasi saya bikin komik. Pas datang ke Popcon yang ada Park Tae-joon (komikus Lookism), kan (foto) masuk koran. Dia sampai hubungi saya, nanya 'betul enggak saya teman SMP-nya dulu?'. Jadi reuni deh.

Baca juga: Yaongyi "True Beauty" bicara rutinitas jadi komikus Webtoon

Kalau sama penggemar, pernah ada yang ngeh sama Archie di tempat umum?
Kalau ada event kayak webtoon party, biasanya ada yang mengenali. Rasanya canggung. Saya sebetulnya tidak terlalu suka difoto (jika diminta foto bersama), tapi saya lebih suka kenalan dan mengobrol saja.

Kamu kan domisili di Bandung. Suasana atau komunitas seniman komik di sana bagaimana?
Saya suka ngumpul sama teman-teman satu circle (Archfriend, terdiri dari empat komikus asal Bandung, salah satunya Archie), masak bareng, kadang sewa vila bareng, di sana bikin komik bersama-sama. Kami bareng-bareng suka buat komik indie.

Apa keinginan yang belum tercapai?
Beli rumah. Biar bisa menampung kucing-kucing saya, nyaman untuk kucing dan tidak mengganggu orang lain. Di kos kurang kondusif untuk kucing, jadi semua di studio tapi banyak peralatan, khawatir kalau tersenggol kucing.

Mau bikin Eggnoid jadi IP? Biar bisa jadi anime, merchandise, atau sudah mengarah ke situ?
Tidak menutup kemungkinan, saya tidak menolak kalau ada kesempatan.

Pernah atau mau membuat komik tentang kucing?
Saya enggak mau. Soalnya biasa cerita tentang hewan ada sedih-sedihnya. Saya selama mengurus kucing juga ada sedihnya. Kalau mau buat yang happy-happy saja, tapi sudah banyak cerita tentang pemilik hewan piaraan, jadi buat saya sudah saturated. Orang lain sudah buat yang lebih bagus, saya lebih pengin bikin cerita yang aneh, yang beda belum pernah dibuat orang lain.

Kalau bisa bertemu komikus legendaris, siapa dan mau ngapain?
Oda (Eiichiro) yang buat One Piece. Pengin salaman saja, sudah cukup. Mau minta restu (tertawa). CLAMP juga kalau bisa.

Komikmu sudah jadi film. Kalau ada film biopik tentang kamu, siapa yang cocok memerankan Archie?
Kayaknya kalau saya masih hidup ada yang mau bikin biopik, saya enggak mau. Saya enggak suka diekspos, cukup karya saya saja.

Mau gak jadi cameo kalau komik lain diadaptasi ke live action?
Enggak mau.

Minat membuat genre komik apa lagi?
Sekarang lagi senang-senangnya sama cerita tentang Atan genre sliece of life. Nanti kalau pengin bikin webtoon lagi, pengin bikin cerita yang ada action dan fantasi. Pengin bikin cerita pendek-pendek, enggak mau sampai beberapa musim lagi kalau bisa (tertawa). Misalnya, satu season saja tapi impactful.

Kalau tidak jadi komikus, kamu akan jadi apa?
Bakal jadi guru karena saya lulusan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) yang memang kariernya di bidang guru. Tapi saya enggak suka soal administrasi seperti buat silabus dan kasih nilai. Jadi kalau tidak jadi komikus palingan saya jadi guru les, atau editor.
 


Baca juga: Alasan "Sri Asih" difilmkan setelah "Gundala"

Kamu juga buat komik Sri Asih kan?
Iya bagian bikin ceritanya saja. Yang gambar bukan saya.

Bagaimana tuh rasanya ketika tanggung jawab bukan sebagai ilustrator?
Enak, beban berkurang banyak banget, tidak terlalu membebani. Tapi bikin ceritanya tetap harus di dalam pakem-pakem yang ada. Harus diskusi dulu sama yang punya IP, sama Bumilangit, jadi tidak sebebas buat cerita sendiri.

Tapi sebagai pembuat cerita juga bebannya besar ya karena komik juga butuh cerita yang bagus..
Iya, tapi (Dibanding membuat naskah dan ilustrasi sendiri) capek fisiknya enggak banyak. Tapi karena lebih santai, bisa terlena (oleh waktu) tahu-tahu sudah mau deadline, enggak terasa. Kalau bikin "Eggnoid", pekerjaan terus menerus jadi sudah seperti siklus.

Baca juga: Upi mau sutradarai "Sri Asih" meski bukan penggemar komik jagoan

Kalau musik dan film hadapi isu pembajakan, di dunia komik apa masalah yang paling besar?
Pembajakan di webtoon paling di post di YouTube atau di Instagram. Dari webtoon cepat ditindak, dihapus-hapusin jadi enggak bertahan lama. Atau ada surat notice dari pengarang, permintaan untuk jangan membajak karya. Menurut pengamatan sotoy saya (tertawa), masalahnya justru di produksi lokal. Bakat muda banyak pisan di Indonesia yang jago dan pintar, tapi produksinya enggak secepat industri komik yang sudah berkembang. Misalnya, di Korea bisa 100 komik sehari, di Indonesia paling cuma 10. Soalnya yang bisa komitmen untuk bikin produksi komik dalam waktu lama, panjang itu enggak sebanyak di Korea atau Amerika.

Yang buat produksi banyak di negara yang industri komiknya berkembang kayak China, Jepang, Korea itu karena mereka membuat komik dalam bentuk tim. Itu sudah kayak hal yang lazim, entah satu orang dengan banyak asisten, atau kerja sama bareng-bareng. Kalau perspektif komikus lokal, banyak yang ingin bikin sendiri saja. Saya juga begitu sih, (tertawa) tapi saya kompromi dengan bekerja sama asisten. Akan sangat membantu kalau bakat-bakat baru ini membuat tim, jadi produksi lebih mudah dibandingkan kerja sendirian. Bikin komik itu berat, benar-benar harus gotong royong. Kalau sendirian bisa burn out karena tidak ada istirahat. Solusinya, enggak boleh sendirian dan sediakan waktu untuk cool down. Kalau komiknya rumit dan background-nya edan, kalau bisa jangan sendiri (kerjanya).

Pesan untuk pembaca?
Enjoy the story. Ada beberapa pembaca yang saking tenggelam dalam sebuah karya, emosinya ikut terpengaruh ketika cerita tidak sesuai keinginannya. Sayang energinya, kalau mau lampiaskan itu menjadi inspirasi untuk membuat karya lain jadi lebih produktif. Sebagai author, saya merasa lebih accomplished ketika pembaca saya terinspirasi untuk membuat karya lain. Ibarat guru, lihat murid naik kelas atau dapat nilai bagus, rasanya seperti dapat reward.



Baca juga: Rayakan Kosasih Day 2020, komik "Sri Asih" tayang di Line Webtoon

Baca juga: Bincang-bincang bersama pembuat komik monster "Sweet Home"

Baca juga: Enam komik karya anak bangsa di Line Webtoon untuk dibaca selama puasa

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021