Jakarta (ANTARA) - Ekonom menyebut sektor industri yang berbasis teknologi digital dan ramah lingkungan akan diunggulkan ke depannya setelah krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 mengubah berbagai perilaku manusia termasuk dalam berbisnis.

"Ekonomi setelah pandami COVID-19 adalah ekonomi yang sangat intensif dalam penggunaan teknologi," kata Rektor Universitas Katolik Atma Jaya A Prasetyantoko dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Dia merujuk data sektor industri yang masih dapat tumbuh positif di tahun 2020 yaitu informasi dan komunikasi serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, di mana hampir sebagian besar sektor mengalami tekanan.

Dilihat dari pertumbuhannya, industri sektor informasi dan komunikasi lebih tumbuh organik karena tidak mendapatkan insentif apapun dari pemerintah. Sementara sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan sektor yang memang menjadi tumpuan dalam penanganan krisis kesehatan akibat pandemi COVID-19.

Prasetyantoko menyebutkan seluruh sektor industri di masa pandemi COVID-19 dipaksa untuk menggunakan teknologi informasi dalam operasionalnya karena keterbatasan mobilitas dalam upaya pencegahan penularan virus.

Oleh karena itu Prasetyantoko menyebut pemerintah harus membuat kebijakan yang turut mempertimbangkan aspek teknologi guna mendukung ekonomi di era setelah COVID-19.

Selain itu, Prasetyantoko juga menegaskan bahwa industri yang ramah lingkungan akan menjadi sektor yang diunggulkan di masa depan. Hal ini dikarenakan atas kesadaran negara-negara dunia untuk menjaga ketahanan planet Bumi.

Indonesia, kata Prasetyantoko, sangat berpotensi menjadi negara berpengaruh dalam menjalankan industri ramah lingkungan dikarenakan memiliki sumber daya alam bauksit yang melimpah. Bauksit merupakan bahan baku utama pembuatan baterai yang menyokong produksi kendaraan listrik.

Prasetyantoko menyebut negara-negara besar dunia sudah berkomitmen untuk menjalankan bisnis ramah lingkungan seperti di Amerika Serikat, China, dan Jepang.

"Beberapa negara besar sudah sadar. Amerika sendiri dengan terpilihnya Joe Biden kembali ke Paris Agreement, China berencana pada 2060 industrinya bebas coal, Jepang telah mendeklarasikan pada 2050 menjadi negara yang tidak ada lagi mobil dengan bahan akar fosil, semuanya elektrik," kata dia.

Prasetyantoko menekankan kebijakan industri ramah lingkungan ini juga harus dibuatkan undang-undang baru untuk mendukung ekonomi di masa depan.

"Sebaiknya ditindaklanjuti lebih jauh dan direvisi, apakah itu RPJMN atau undang-undang yang mengatur khusus industrial policy harus berbasis pada industri ramah lingkungan di masa depan," kata dia.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021