Selesai Ramadhan kita bisa menjadi manusia baru, menjadi manusia yang baik dengan pemberitaannya dan bisa mencegah dari berita yang merusak kehidupan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH Miftachul Akhyar, mengajak masyarakat agar menyikapi Ramadhan 2021 atau 1442 Hijriah sebagai bulan revolusi diri menerima informasi maupun pertelevisian Tanah Air.

“Ramadhan ini momentum untuk revolusi kejiwaan, revolusi kerohanian kita, sehingga selesai Ramadhan kita akan memberikan solusi baru, sehingga solusi mencegah dari kiranya ada berita dan konten yang merusak tatanan kehidupan kita,” katanya dalam Halaqah Program Tayangan Ramadhan 1442 H Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang digelar secara virtual pada hari Rabu (10/3) malam.

Kiai Miftach, begitu akrab disapa, mengatakan jika menghayati Ramadhan, ini tidak hanya dimaknai sebagai upaya menahan rasa lapar dan haus saja, melainkan ada banyak perubahan pola hidup mendasar yang tidak mudah dilakukan.

Termasuk membiasakan hal-hal yang berlawanan dengan nafsu selama satu bulan adalah bentuk jihad terbesar dalam hidup umat Muslim dunia.

Menurutnya, jihad yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu, yakni dengan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. “Kalau kita bisa membiasakan hal yg tidak biasa menurut nafsu, memulai untuk menguasai nafsu, inilah jihad akbar,” ujarnya.

Sebagai manusia yang diberikan kemuliaan lebih banyak dan kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, Kyai Miftah mengingatkan agar umat Muslim mampu menahan diri untuk tidak memenuhi ajakan hawa nafsu yang seringkali menggoda manusia setiap saat. Termasuk dalam penyebaran berita hoax yang saat ini marak sekali beredar.

“Jika kita sudah tahu siapa kita sebagai manusia dan siapa yang kita layani, lalu masih memuaskan nafsu melalui penyebaran berita hoax, maka betapa rendahnya kita,” katanya.

Dalam momentum Ramadhan tahun ini, Miftah berpesan agar umat Muslim mampu menjadikan Ramadhan sebagai kejiwaan, dan menjadi manusia lebih baik dengan menebar kebaikan dan menjaga diri dari menerima dan menyebarkan berita berita yang sifatnya dapat merusak kehidupan.

“Selesai Ramadhan kita bisa menjadi manusia baru, menjadi manusia yang baik dengan pemberitaannya dan bisa mencegah dari berita yang merusak kehidupan,” ujarnya.

Baca juga: Tempat hiburan malam Batam tutup tujuh hari hormati Ramadhan 1442 H
Baca juga: Sedang dikaji fikih soal bermedia sosial hindari "hoax"

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021