usaha ini harus didesain menjadi usaha yang besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti menyatakan bahwa bisnis ikan hias yang semakin berkembang di tengah masyarakat, juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi beban bonus demografi Indonesia.

"Ke depan bisnis ikan hias menjadi salah satu solusi yang dapat ditawarkan juga untuk mengatasi bonus demografi. Namun demikian, usaha ini harus didesain menjadi usaha yang besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi," kata Artati Widiarti dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Menurut Artati, peluang berkembangnya usaha ikan hias di tengah pandemi COVID-19 masih terbuka lebar, terlebih setelah diresmikannya Pusat Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono pada akhir pekan lalu.

Untuk itu, ujar dia, para pelaku ikan hias skala mikro juga harus dibekali dengan kemampuan manajerial usaha yang mumpuni.

Artati mengatakan, pelaku usaha ikan hias selama ini berhasil memanfaatkan masa-masa di rumah saja sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis. Bahkan sampai membuat booming bisnis ikan hias di Tanah Air.


Baca juga: KKP: Budi daya ikan hias bisa jadi andalan ekonomi masa pandemi


"Yang awalnya memelihara ikan hias sebagai hobi, saat ini menjadi bisnis yang menggiurkan," katanya.

Disebutkan, pelaku usaha ikan hias tidak perlu ragu dalam pembiayaan usaha, karena ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan pembiayaan usaha kepada individu dan atau kelompok dengan bunga cukup rendah yakni 6 persen per tahun.

Selain itu, KKP melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) juga memberikan akses pinjaman modal dengan bunga 3 persen per tahun.

Saat ini, LPMUKP KKP telah menyediakan layanan pendamping di 236 lokasi tersebar di 357 kabupaten/kota.

Berdasarkan catatan KKP, ekspor ikan hias Indonesia senilai 33 juta dolar AS pada 2019, meningkat signifikan dari tahun 2012 sebesar 21 juta dolar.


Baca juga: Meski pandemi, volume ekspor ikan hias Bandung naik 7,69 persen

Baca juga: Pemerintah dorong peningkatan ekspor arwana di tengah pandemi



Nilai ekspor ikan hias Indonesia tahun 2019 ini merupakan 10,5 persen dari pasar ikan hias dunia. Hal ini membuat Indonesia tak pernah absen menjadi lima besar negara pengekspor ikan hias sejak 2010 dan menjadi yang terbesar di dunia pada tahun 2018.

Komoditas ikan hias ekspor Indonesia antara lain adalah napoleon wrasse, arwana, cupang hias, dan maskoki. Sedangkan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia adalah China, Amerika, Rusia, Kanada, dan Singapura.

Terkait bonus demografi, sebelumnya Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Indonesia Hasto Wardoyo mengatakan bahwa saat ini Indonesia yang menghadapi bonus demografi (meningkatnya usia produktif) harus dimanfaatkan untuk mendongkrak ekonomi masyarakat.

"Jadi jangan sampai usia produktif kita banyak, tapi malah pendapatan per kapita kita rendah, itu yang kita mau hindari," kata Hasto Wardoyo di sela peresmian renovasi Kantor BKKBN Sulsel di Makassar, Senin (1/3).


Baca juga: KKP optimalkan peran pusat pengembangan ikan hias Cibinong

Baca juga: KKP sebut ekspor ikan hias ke China semakin mudah

Baca juga: Asosiasi sebut pemerintah perlu bantu pendanaan pameran ikan hias

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021