London (ANTARA) - Kantor kabinet Inggris akan membuka “markas utama kedua” di Glasgow dan pemerintah berencana memindahkan sebagian kegiatan ke Skotlandia, sebagaimana diumumkan para menteri pada Senin.

Rencana itu diumumkan pada saat dukungan bagi kemerdekaan Skotlandia sedang tinggi.

Hubungan antara Skotlandia dan seluruh bagian Inggris lainnya menjadi tegang terkait penanganan pandemi COVID-19 yang banyak dikritik, juga menyangkut Brexit -- yang ditentang oleh mayoritas kalangan di Skotlandia.

Keadaan tersebut telah memperburuk perasaan banyak warga Skotlandia bahwa kebijakan yang dirancang di London tidak mewakili pandangan mereka dan membuat kehidupan sehari-hari mereka lebih sulit. Kantor kabinet, yang mengawasi jalannya mesin pemerintah, mengatakan sedang membuat markas baru di Glasgow, sedangkan kementerian luar negeri berencana menciptakan 500 pekerjaan baru di kantor yang sudah ada di East Kilbride.

Lebih dari 400.000 lebih pegawai pemerintah berbasis di London daripada di kota-kota lain, meskipun ada dorongan jangka panjang soal lebih banyak pekerjaan dibuka di wilayah-wilayah lain guna menantang persepsi bahwa pembuatan kebijakan berpusat di London.  

Jajak pendapat menunjukkan lebih banyak warga di Skotlandia mendukung kemerdekaan daripada ingin tetap menjadi bagian dari Inggris.

Kalangan nasionalis Skotlandia mendorong referendum kemerdekaan diadakan setelah pemilihan parlemen Skotlandia pada Mei tahun ini. Tetapi, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemungutan suara seperti itu harus dilakukan hanya sekali dalam satu generasi.

Dalam referendum pada 2014, rakyat Skotlandia --berdasarkan hasil pemungutan suara 55 persen berbanding 45 persen-- memutuskan untuk tetap menjadi bagian dari Inggris Raya 

Sumber: Reuters

Baca juga: PM Johnson menuju Skotlandia di tengah kekhawatiran pecahnya Inggris

Baca juga: Inggris pasca-Brexit terancam, kian banyak warga Skotlandia ingin merdeka


 

Jepang dan Inggris teken kesepakatan perdagangan bebas pasca-Brexit

 

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021