Perlindungan itu terbentuk 28 hari setelah suntikan kedua
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan vaksin COVID-19 yang kini berlaku untuk pemakaian di Indonesia belum diketahui berapa lama tingkat efikasi atau kekebalannya untuk mencegah infeksi penyakit.

Baca juga: Meningkatkan surveilans genom lacak mutasi virus Corona COVID-19

Baca juga: Vaksin COVID-19 Sinovac punya efikasi 65,3 persen, apa artinya?


"Sampai sekarang belum ada yang bisa menentukan efikasinya atau tingkat kekebalannya berapa lama. Oleh karena itu mesti menunggu final report clinical trail fase 3 yang kalau saya dengar baru keluar pada Juni atau September tahun ini," kata Budi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI yang disiarkan secara langsung, Senin.

Pernyataan itu disampaikan Budi menjawab pertanyaan dari Anggota Komisi IX DPR RI Intan Fauzi terkait muncul laporan dari penerima vaksin dosis kedua yang mengalami infeksi COVID-19 di Indonesia.

Budi mengatakan tingkat kekebalan vaksin yang beredar di Indonesia dimulai sejak 28 hari setelah penyuntikan pertama dan kedua.

"Yang optimal perlindungan itu terbentuk 28 hari setelah suntikan kedua. Setiap orang memiliki kadar antibodi yang berbeda. Ada yang tumbuhnya banyak, ada yang sedikit. Dengan adanya antibodi ini tetap bisa tertular, tapi kita akan lebih cepat responsnya. Tentaranya kita merespons," katanya.

Dengan adanya peningkatan antibodi, kata Budi, maka para penerima vaksin tidak perlu mengalami sakit parah atau hingga masuk rumah sakit.

"Belum ada laporan juga mereka yang sudah divaksin tidak akan menularkan ke orang lain," katanya.

Baca juga: Vaksin COVID-19 antara efikasi dan kekebalan komunal

Baca juga: Kemanjuran vaksin dan pengendalian COVID-19 di Tanah Air

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021