Jakarta (ANTARA) - Mencegah penularan Covid-19 tentunya menjadi cara ampuh untuk menekan pandemi Covid-19 yang sudah satu tahun belakang ini melanda dunia termasuk Indonesia.

Untuk mencegah penularan, ada sejumlah faktor penting yang harus dilakukan. Bagi tim yang menangani Covid-19 tentunya akan melacak, menguji, dan memperlakukan alias 3T (tracing, testing, dan treating) terhadap kemungkinan rantai paparan Covid-19.

Sementara bagi masyarakat, dibutuhkan kesadaran menjalankan 5M secara disiplin, yakni mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, tidak hanya merawat pasien yang positif Covid-19 semata, namun juga melakukan kerja-kerja pencegahan penularan. RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet memiliki cara kerja sistematis mencegah penularan Covid-19.

Koordinator RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono, mengatakan totalitas dari hulu ke hilir menjadi kunci keberhasilan dalam peperangan versus Covid-19.

Baca juga: Pasien sembuh di RS Darurat Wisma Atlet bertambah 392 orang

Berbasis big data yang tersimpan dalam sistem informasi digital yang dibangunnya, RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet memberikan umpan balik jitu.

Mereka sanggup melacak (tracing) orang-orang yang melakukan kontak erat dengan pasien sebelum sang pasien dirawat (treating).

Data pelacakan selanjutnya digunakan dinas kesehatan untuk melakukan pengujian (testing) terhadap orang-orang yang menjalin kontak erat dengan pasien RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet.

Ratmono menyatakan penanganan Covid-19 harus dilakukan secara total, responsif, dan integratif dari hulu sampai ke hilir. Sebaliknya hilir juga harus aktif memberikan umpan balik untuk ditindaklanjuti di hulu.

Jika penangan bersifat parsial, Covid-19 tidak akan tuntas tertangani dan akan terus menjadi hantu di negeri ini. “Konsepnya dasarnya adalah jangan tertular dan jangan menulari. Konsep ini dijabarkan dalam beberapa strategi di lapangan,” kata dia, di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Curhat perawat, kerja bareng militer hingga semangati pasien stres

Salah satu strateginya adalah penerapan 3T itu selain menerapkan strategi 5M terus dijalankan secara disiplin, yakni mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

“Agar efektif, 3T harus dilakukan secara responsif dan integratif. Semuanya harus cepat dan terpadu, jika lambat kita akan tertinggal dengan Covid-19,” kata Ratmono yang juga kepala Pusat Kesehatan TNI itu.

Melacak dilakukan dengan mendata orang-orang yang kemungkinan terpapar Covid-19. Data didapatkan dengan menanyakan pada orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, siapa saja orang yang menjalin kontak erat dengannya.

Orang-orang yang terdata kemudian dilacak keberadaannya dan dilakukan pengetesan. Mereka akan diuji usap untuk mengetahui terpapar atau tidak. Jika ada yang terkonfirmasi terpapar mereka akan segera dirawat di rumah sakit, salah satunya di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet.

Baca juga: Sebanyak 69.612 pasien COVID-19 telah sembuh dari RS Wisma Atlet

Ia tak sekedar berwacana dengan konsep 3T yang dilaksanakan secara responsif integratif. Sebagai koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran ia sejak awal mendirikan tim survailans.

Tim survailans ini berkantor di lantai 2 Menara 2 RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Mereka beranggotakan 28 orang relawan, mereka para ahli bidang epidemi dengan tugas yang sama-sekali tidak ringan. Setiap pasien yang masuk di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet diwawancarai lewat telepon.

Kerja tim ini tidaklah mudah, mengingat Dengan jumlah pasien RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet mencapai lebih dari 50.000. Mereka terbantu dengan layanan data RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet yang sudah terintegrasi.

Setiap pasien masuk, datanya segera di-input bagian rekam medik ke dalam aplikasi sistem informasi manajemen RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet(SIM-RS)

Kecanggihan sistem informasi menjadi keunggulan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet yang menjadi panduan untuk menerapkan berbagai strategi antisipasi dan tindakan.

Baca juga: 3.110 pasien COVID dirawat di RS Wisma Atlet kemayoran

Data pasien yang baru masuk, langsung terbaca tim survailans lewat aplikasi SIM-RS. Tak menunggu waktu, anggota tim survailans segera mengontak pasien lewat telepon.

Jika 28 anggota tim survailans kewalahan mendata banyaknya jumlah pasien, mereka akan meminta bantuan tim perawat. Data pasien ditulis termasuk umur dan jenis kelamin. Selanjutnya aktifitas pasien dilacak dalam dua minggu terakhir. Dengan demikian, tim survailans akan mendapatkan data nama orang-orang yang menjalin kontak erat dengan sang pasien.

Kumpulan data banyak pasien diwujudkan dalam peta survailans. Melalui formulasi tertentu, dalam peta akan tergambar warna merah, oranye, dan hijau.

Warna merah berarti zona itu memiliki risiko tinggi penularan Covid-19. Data-data orang yang menjalin kontak erat dengan pasien dan peta dari tim survailans RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet akan terbaca dinas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.

Cara kerja itu, menurut Ratmono, menjadi bagian dari pelacakan yang dilakukan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta selanjutnya melakukan testing terhadap nama-nama yang disodorkan Tim Survailans RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Dari testing akan diketahui siapa saja yang ikut terpapar Covid-19 untuk selanjutnya dirawat agar tidak menulari orang lain.

Baca juga: Keterisian tempat tidur RS Wisma Atlet lebih dari 80 persen

Ia yakin strategi 3T secara responsif integratif sebagai kelanjutan protokol kesehatan 5M, akan memutus mata rantai penularan Covid-19. Tentu 3T akan efektif jika masyarakat disiplin menjalankan 5M.

Jaga imun
Selain kerja sistematis pencegahan melalui pelacakan, RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, selalu menggelar berbagai kegiatan hiburan yang tujuannya untuk sarana rekreasi mental baik bagi tenaga kesehatan maupun pasien.

Komandan Lapangan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Letnan Laut (K) Marinir drg M Arifin SpOrt, mengatakan berbagai hiburan itu tentunya menjadi salah satu cara untuk menjaga mental baik tenaga kesehatan maupun pasien.

Kegiatan itu telah dilakukan sejak RSDC mulai beroperasi dan sekarang terus ditingkatkan penerapannya. "Tujuannya biar orang gembira, mereka bahagia. Kegiatan ini terus dilaksanakan sampai detik ini," kata dia.

Kesehatan bukan hanya menyangkut kondisi fisik melainkan juga kondisi jiwa. Kesehatan jiwa merupakan bagian integral setiap individu dan karena itu, diperlukan upaya preventif serta sarana pendukung kesehatan mental, agar tercipta jiwa yang senantiasa kuat.

RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet sudah dari awal memiliki fasilitas hiburan, dan juga memiliki program psikologi untuk konseling.​​​​​​​ RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet juga memfasilitasi berbagai kegiatan olahraga lainnya, juga memiliki fasilitas bernyanyi, dan kegiatan lain yang bisa meningkatkan kesehatan mental.

Baca juga: Polisi telah periksa perawat dalam kasus asusila di RSD Wisma Atlet

Namun, Arifin menekankan agar masyarakat tidak pula akhirnya menganggap enteng Covid-19 karena bisa melakukan berbagai kegiatan RSDC yang konsepnya kegembiraan.

Masyarakat tetap harus menerapkan 5M secara disiplin yakni mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Hal itu menjadi kunci untuk menekan potensi penularan Covid-19. Tidak abai dengan bahaya dari virus yang telah menyerang dunia selama satu tahun belakang ini.

Keefektifan 3T dan 5M menuntut totalitas bersama semua elemen masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan. Jika itu terjadi, negeri ini akan segera terbebas dari Covid-19.

 

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021