Sydney (ANTARA) - Papua Nugini (PNG) akan memperketat kontrol perbatasan internal, membatasi pergerakan pribadi, dan mewajibkan masker di depan umum mulai minggu depan, karena negara itu menghadapi peningkatan tajam infeksi COVID-19.

Pihak berwenang di negara kepulauan Pasifik berpenduduk 9 juta orang itu juga mengatakan mereka akan melarang pertemuan massal, menutup sekolah, dan mungkin memerintahkan penguburan di "kuburan massal yang ditunjuk" sebagai bagian dari langkah-langkah untuk memperlambat penyebaran virus corona.

PNG telah mencatat lonjakan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir, dengan ratusan kasus harian baru. Total kasus berada di bawah 2.500 dan kematian sebanyak 31, tetapi para ahli kesehatan percaya jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Australia telah menjanjikan 8.000 dosis vaksin AstraZeneca Plc untuk petugas kesehatan PNG, dan meminta Uni Eropa untuk melepaskan 1 juta dosis dari pasokannya, karena media lokal melaporkan pasien ditolak dari rumah sakit yang kewalahan.

Selandia Baru juga mengatakan pada Jumat bahwa mereka mengirim ke PNG cukup peralatan pelindung pribadi untuk merawat 1.000 pasien kasus COVID-19.

Langkah-langkah jarak sosial yang diberlakukan mulai Senin akan tetap berlaku sampai akhir deklarasi pandemi, kecuali dicabut lebih awal oleh para pejabat, kata pengawas respons pandemi PNG David Manning dalam sebuah pernyataan.

"Petugas yang berwenang" akan ditugaskan untuk menegakkan kepatuhan dan siapa pun yang ditemukan melanggar aturan dapat dihukum, pernyataan itu menambahkan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Meskipun cakupannya jauh, langkah-langkah tersebut tidak sejauh perintah tinggal di rumah yang ketat dan penutupan perbatasan yang diberlakukan selama setahun terakhir di beberapa bagian Australia, di mana transmisi lokal telah tereliminasi.

Larangan PNG pada pertemuan publik lebih dari 10 orang termasuk pengecualian untuk pertemuan keagamaan hingga 50 jika jemaat mengikuti persyaratan jarak sosial. Toko bisa buka 13 jam sehari dan restoran 15 jam.

Penerbangan domestik diizinkan jika pelancong melakukan pemeriksaan suhu dan memberikan hasil tes COVID-19 negatif. Perjalanan antara 22 provinsi di negara itu dapat berlanjut untuk tujuan seperti bisnis penting, perawatan kesehatan, dan pulang ke rumah.

"Wabah di PNG dengan cepat meningkat, dengan rumah sakit dan klinik kewalahan dan banyak petugas kesehatan sudah terinfeksi," kata Direktur Eksekutif MSF Australia Jennifer Tierney dalam sebuah pernyataan.

"Yang dibutuhkan adalah respons yang lebih besar, sekarang, sebelum situasinya lepas kendali."

Ok Tedi Mining Ltd milik negara pada Jumat memulai penangguhan dua minggu di tambang tembaga di Provinsi Barat, daerah yang paling terpukul di luar ibu kota Port Moresby.

Pemerintah Australia awal pekan ini menangguhkan pengecualian perjalanan yang memungkinkan para pekerja penambangan dan energi untuk terbang ke lokasi kerja dan melakukan perjalanan antara kedua negara.
Baca juga: Papua Nugini akan cabut "lockdown" meski kasus COVID-19 melonjak
Baca juga: WNI di perbatasan RI-PNG diimbau dukung pencegahan COVID-19


Sumber: Reuters

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021