Wamena (ANTARA) - Prajurit TNI putra orang asli Papua kelahiran Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Pratu Andreas Kosi baru saja menyelesaikan penugasan kesatuan di kancah Internasional menjadi pasukan perdamaian dunia dalam misi Satuan Tugas Kizi Konga XX-Q Monusco Kongo Tahun 2020-2021.

Menjalani penugasan sebagai pasukan perdamaian dunia tidak saja mengharumkan institusi TNI AD tetapi memberikan pengalaman berharga dalam menunjang karier sebagai prajurit TNI.

Pratu Andreas bersama delapan personel Yonif 756/WMS yang mendapat kesempatan untuk berangkat ke luar negeri guna melaksanakan misi Internasional pasukan perdamaian dunia yang tergabung dalam Satgas Kizi Konga XX-Q Monusco Kongo Tahun 2020-2021.

Dari delapan Prajurit Yonif 756/WMS yang berangkat melaksanakan misi perdamaian dunia ini, salah satunya merupakan prajurit anak putra asli Papua yang lahir dan besar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, bernama Prajurit Satu Andreas Kosi.

Baca juga: Usai misi perdamaian, 186 prajurit Konga Unifil selesai karantina

“Terima kasih atas semua doanya sehingga saya telah selesai melaksanakan tugas dengan baik sebagai duta TNI dalam menjalankan misi Internasional dan kini kembali ke satuan Yonif 756/WMS di Wamena Kabupaten Jayawijaya,” ungkap Pratu Andreas Kosi.

Ia begitu terharu pengabdianya di luar negeri mendapat dukungan komandan pimpinan Yonif 756/WMS. Ini terbukti saat dia kembali ke markas satuan ikut diantar pulang ke rumah orang tuanya.

Prestasi yang sudah ditorehkan oleh Prajurit Yonif 756/WMS Pratu Andreas Kosi diganjar kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Bukan hanya itu, ia juga mendapat surat penghargaan dari Kasad atas keberhasilan dalam pelaksanaan tugas operasi Satgas Pengamanan Daerah Rawan (Pamrahwan) Kmpi Yonif 756/WMS di wilayah Lani Jaya tahun 2019.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan TNI AD karena telah memberikan kepercayaan kepada anggota Yonif 756/WMS khususnya putra daerah asli Lembah Baliem Wamena untuk mendapatkan kesempatan sebagai pasukan perdamaian dunia di bawah naungan PBB," kata Wakil Komandan Yonif 756/WMS Kapten Inf Zurilham saat mengantar Pratu Andreas Kosi ke kediaman orang tuanya.

Di sela waktu dalam mengantarkan Pratu Andreas kembali ke keluarganya, Kapten Inf Zurilham selaku Wadanyonif 756/WMS menyampaikan pesan bahwa setiap prajurit TNI harus memiliki tekad dan keinginan yang kuat dalam pengabdian menjalankan penugasan keluar negeri.

"Kejarlah semua hal yang kamu impikan dan inginkan sampai terwujud. Tetapi ingat satu hal, semua itu butuh proses. Dan dalam setiap proses yang dilalui, kamu harus memiliki tekad dan keyakinan serta dan yang terpenting selalu libatkan Tuhan dalam setiap langkahmu," pesan Wadanyonif 756/WMS Kapten Zurilham.

Wadanyonif 756 tak lupa menyampaikan kebanggaannya kepada orang tua Pratu Andreas, Yeri Kosi, karena berhasil mengantar Pratu Andreas dalam bertugas di satuan TNI.

Baca juga: Prajurit TNI gugur saat misi perdamaian PBB, dapat kenaikan pangkat

"Kami dari Yonif 756/WMS sangat bangga terhadap anak Bapak, atas keberhasilannya dalam melaksanakan tugas mengamankan dunia sehingga saya harus mengantarkannya sendiri untuk kembali kepada bapak dan ibu," ungkap Wadanyonif.

Setibanya Pratu Andreas di kampung halamannya, rombongan langsung disambut dengan adat setempat. Suasana hangat dan harmonis begitu terasa ketika rombongan dipersilahkan untuk masuk ke rumah adat Honai yang merupakan tempat tinggal sebagian masyarakat adat di wilayah pegunungan Papua.

Menjaga NKRI

Orang tua Pratu Andreas Kosi, Yeri Kosi sangat berterima kasih kepada pimpinan TNI AD karena telah memberikan kesempatan kepada anaknya untuk ikut serta dalam penugasan luar negeri sebagai pasukan perdamaian dunia PBB.

Bahkan, saat ini putranya Pratu Andreas Kosi telah selesai dari melaksanakan penugasan TNI di luar negeri dan mengantarkan kembali ke rumah dengan selamat.

Yeri Kosi berharap, apa yang dilakukan putranya menjadi pasukan perdamaian dunia PBB dapat memotivasi khususnya kalangan putra-putri orang asli Papua (OAP).

"Bahwa orang yang terlahir dan tumbuh di tengah pegunungan tidak serta merta membuat seseorang menjadi terisolasi dan tidak memiliki mimpi, namun dapat berdedikasi menjaga kedaulatan NKRI bahkan di mata dunia internasional melalui profesi menjadi prajurit TNI-AD,"ungkap Yeri Kosi didampingi anaknya Pratu Andreas.

Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana di daerah pegunungan Wamena Kabupaten Jayawijaya namun keluarga Pratu Andreas Kosi hidup bahagia dan harmonis.

Ksatria siap perang

Sebagai personel Batalyon Infanteri 756/Wimane Sili atau Yonif 756/WMS, Pratu Andreas Kosi menyadari betul maknanya. 

Didirikan pada 29 November 2004, Yonif 756 tidak sembarangan dinamai Wimane Sili (WMS). Kata Wimane berarti Ksatria yang selalu siap untuk perang, sedangkan Sili adalah Jagat Raya, sehingga secara keseluruhan Wimane Sili berarti Ksatria yang selalu siap untuk perang.

Baca juga: 800 prajurit TNI berangkat ke Darfur Sudan

Panji-panji atau tunggul Yonif 756/WMS disahkan melalui Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/464/XII/2004 tanggal 17 Desember 2004 tentang Pengesahan, Pengajuan Baret, Emblem, Bedge dan Lokasi Batalyon Infanteri 756/WMS di Jajaran Kodam XVII/Trikora.

Sementara penyerahan tunggul Batalyon Infanteri 756/WMS pada tanggal 20 Desember 2004 dilaksanakan Kasad kepada Komandan Batalyon.

Yonif 756/WMS berdasarkan telegram Pangdam XVII/Trikora Nomor TR/360/2005 tanggal 26 September 2005 memiliki status Komando pengendalian di bawah langsung Korem 172/PWY.

Yonif 756/WMS menjadi Organik Brigif 20/IJK Kodam XVII/Trikora pada 2007 berdasarkan Surat Telegram Pangdam XVII/Trikora Nomor ST/ 287/2007 tanggal 18 April 2007.

Pada awal pembentukan tahun 2004, markas batalyon berada di Kodim 1702/Jayawijaya Wamena, sedang satu peleton bermarkas di Kulagaiman, Wamena. Setahun kemudian Markas Batalyon dan Kompi-kompi berkedudukan di Kulagaima.

Menjiwai nama Wimane Sili, Pratu Andreas Kosi siap ditugaskan dimanapun untuk bangsa dan negara.

Baca juga: Pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon batasi kegiatan selama pandemi

Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021