Jakarta (ANTARA) - Saham Hong Kong ditutup lebih rendah untuk hari ketiga berturut-turut pada Selasa, terseret saham-saham barang konsumen nonprimer dan material, karena sanksi negara-negara Barat terhadap China membebani sentimen investor.

Indeks Hang Seng turun 1,3 persen menjadi 28.497,38, sedangkan Indeks China Enterprises turun 1,7 persen menjadi 11.111,18.

Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan Kanada menjatuhkan sanksi kepada pejabat China pada Senin, atas pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, dan Beijing segera membalas dengan tindakan hukuman luas terhadap Uni Eropa.

Indeks barang konsumen nonprimer Hang Seng dan indeks material Hang Seng turun paling tajam, masing-masing turun 4 persen dan 5,6 persen.

Perusahaan teknologi, yang sensitif terhadap hubungan Tiongkok-AS, juga turun dengan indeks teknologi Hang Seng ditutup turun 2,5 persen.

Membatasi sentimen investor lebih lanjut, saham pembuat rokok elektrik China merosot karena rencana Beijing untuk memperketat peraturan. Smoore International Holdings Ltd sempat jatuh sebanyak 39,3 persen sebelum berakhir 27,2 persen lebih rendah.

Baidu melakukan debut buruk dalam pencatatan saham sekunder di bursa Hong Kong, berlawanan dengan tren kemunculan hari pertama di bursa, karena investor waspada terhadap kesibukan penggalangan dana di Hong Kong dan mempertanyakan rencana pertumbuhan perusahaan pencari tersebut.

Di seluruh wilayah, indeks saham MSCI Asia kecuali Jepang melemah 0,66 persen, sedangkan indeks Nikkei Jepang ditutup turun 0,61 persen.

Yuan dikutip pada 6,5113 per dolar AS pada 08:15 GMT, 0,04 persen lebih lemah dari penutupan sebelumnya di 6,5084.

Pada penutupan, saham-A China diperdagangkan dengan premi 34,51 persen dibandingkan saham-H yang terdaftar di Hong Kong.

Baca juga: Saham di Hong Kong dibuka menguat, indeks HSI terdongkrak 0,42 persen
Baca juga: Saham Hong Kong ditutup lebih rendah karena karantina di Eropa
Baca juga: Saham Hong Kong akhir pekan jatuh, tertekan lonjakan yield obligasi AS


Penerjemah: Biqwanto Situmorang
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021