Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri menyatakan, peringatan `Pidato Hari Lahirnya Pancasila` oleh Bung Karno, tidak dimaksudkan untuk mengultuskan presiden pertama Republik Indonesia itu.

"Janganlah mengkultus-kultuskan Bung Karno. Karena Bung Karno telah mendapat tempat khusus sebagai Bapak Pendiri Bangsa, Penggali Ideologi Negara, Proklamator Republik Indonesia. Tempatnya di sana, tak perlu dikultus-kultuskan," katanya, ketika tampil membawakan Pidato Politik Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, di Gedung Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa.

Pidato politik Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu mengawali aktivitas Sarasehan Kebudayaan hari Lahir Pancasila yang menampilkan delapan narasumber dari kalangan pimpinan partai politik serta ahli sejarah, hukum tata negara, serta budayawan maupun rohaniwan.

Megawati juga mengeritisi cara dan sikap generasi masa kini yang sepertinya kurang memiliki konsistensi dalam memantapkan pemahaman atas latar sejarah kelahiran ideologi bangsa.

"Padahal, perjuangan para pendiri bangsa ini sangat luar biasa. Tidak gampang apa yang telah mereka kerjakan dengan seksama untuk dipersembahkan kepada generasi penikmat kemerdekaan ini," ujarnya dalam rangkaian Pidato Politik sehubungan dengan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945 yang menjadi bagian dari sebuah kegiatan massal bertajuk `Bulan Bung Karno`.

Menjelang Megawati tampil membawakan Pidato Politiknya, panitia terlebih dulu menyebar `Naskah Pidato Bung Karno tentang "Lahirnya Pancasila" di depan `Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai` (BPUPKI)`.

Usai pidato politik Megawati, sekitar 2000-an tokoh, kader partai, aktivis serta pakar dan warga lainnya `tumplek` mengikuti Sarasehan Kebudayaan.

Dipandu Dr Andreas H Pareira, pakar politik dan hubungan internasional dari Universitas Parahiyangan (Unpar) Bandung yang juga salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan, sarasehan itu menampilkan delapan pembicara berkompeten.

Mereka adalah Prof Dr T Sri Sumantro Martosoewignyo, MH (Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Pajajaran), Prof Dr KH Said Agil Siradj, MA (Ketua Umum PB Nahdhatul Ulama), Dr Asvi Warman Adam (Sejarahwan LIPI), Idham Samawi (DPP PDI Perjuangan), Anas Urbaningrum (DPP Partai Demokrat), Hajriyanto Thohari (DPP Partai Golkar), Alfitra Rusli (DPP Partai Keadilan Sejahtera) dan Ahmad Muzani (DPP Partai Gerindra).

Sekretaris Panitia Nasional `Bulan Bung Karno 2010`, Achmad Basarah, mengungkapkan, selain Pidato Politik dan Sarasehan Kebudayaan, beberapa kegiatan lainnya sedang digelar, seperti aksi pengobatan massal serta pelayanan kesehatan gratis, baik di Jakarta, Blitar, Bali, maupun berbagai kota lainnya

"Khusus di Jakarta, diawali dengan Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945 dengan Inspektur Upacara Ketua DPP PDI Perjuangan, Ibu Puan Maharani, kemudian Sarasehan Kebudayaan Hari Lahir Pancasila yang ditandai dengan Pidato Politik Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri," katanya.

Beberapa aktivitas yang dikemas dalam tajuk `Festival Bung Karno` itu, antara lain `Bedah Buku Indonesia Menggugat`, Pergelaran Wayang Kulit, Gerak Jalan Sehat, pemasangan spanduk-spanduk dan baliho peringatan 65 tahun Hari Lahirnya Pancasila, 109 Tahun Hari Lahirnya Penggali Pancasila Bung Karno, Pemeran Bung Karno serta hiburan rakyat.(*)

(M036/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010