Selain itu kita menjadi negara konsumen sepatu terbesar ke-4 dengan konsumsi 886 juta pasang alas kaki
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencari potensi kreativitas anak muda guna memajukan industri alas kaki nasional agar lebih berdaya saing, baik di kancah domestik maupun global, melalui ajang Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC).

“IFCC adalah salah satu langkah strategis yang kami jalankan guna memajukan industri alas kaki nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih lewat keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Gati membuka secara resmi peluncuran perhelatan IFCC 2021 di Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, yang juga dihadiri Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Muchammad Ashari.

Tujuan IFCC antara lain menggali potensi dan kreativitas generasi muda agar mampu menangkap peluang dan terus menciptakan karya-karya terbaik khususnya di bidang alas kaki.

Baca juga: Industri tekstil dan alas kaki berkontribusi 10 persen terhadap ekspor

IFCC merupakan program dari Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kemenperin, dengan tujuan mendorong potensi desainer alas kaki Indonesia dalam mengembangkan desain sekaligus mengenalkan dan mempromosikan industri alas kaki lokal kepada masyarakat luas melalui desain, fotografi, dan videografi yang menarik.

Pelaksanaan IFCC ini salah satunya karena melihat potensi Indonesia yang menduduki posisi ke-4 sebagai produsen alas kaki di dunia setelah China, India, dan Vietnam.

“Selain itu kita menjadi negara konsumen sepatu terbesar ke-4 dengan konsumsi 886 juta pasang alas kaki,” ungkap Gati.

Kemenperin mencatat, sepanjang tahun 2020, nilai ekspor industri alas kaki mengalami peningkatan sebesar 4,8 miliar dolar AS dibandingkan tahun 2019. Kemudian, pada Januari 2021, nilai ekspornya sebesar 490 juta dolar AS, meningkat 15,54 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Baca juga: Satu perusahaan Korea Selatan relokasi pabrik dari China ke Pati

“Pasar utama produk alas kaki Indonesia adalah ke Amerika Serikat. Selanjutnya, enam pasar terbesar lainnya adalah China, Belgia, Jerman, Jepang, Kanada, dan Italia,” sebut Gati.

Menurutnya, agar produk alas kaki Indonesia lebih kompetitif dengan produk sejenis dari luar negeri, para pelaku industri dalam negeri perlu berkolaborasi dengan desainer dan memanfaatkan teknologi terkini.

“Teknologi sangat penting untuk diterapkan di sektor industri, termasuk industri alas kaki. Digitalisasi sangat bermanfaat untuk mendorong kreativitas di dunia industri,” ujar Gati.

Baca juga: Kemenperin bangun platform jejaring industri alas kaki

Selain itu industri persepatuan di Indonesia perlu didorong dalam hal kreativitas dan inovasi. Mulai dari desain produk hingga proses pemasarannya.

“Hal ini sekaligus sebagai implementasi teknologi Industri 4.0 yang memberikan peluang untuk bersaing dengan produk impor,” imbuhnya.

Kegiatan IFCC 2021 mengusung tema “Indonesia Melangkah” dengan tujuan terus menciptakan terobosan baru dalam mengembangkan industri alas kaki di tengah globalisasi dan dampak pandemi COVID-19.

“Kami optimistis, IFCC bisa menjadi wadah kreatif untuk para calon desainer alas kaki Indonesia yang mempunyai kreativitas dan inovasi tinggi, sehingga nantinya industri sepatu nasional dapat mempromosikan produk asli dan orisinal buatan anak bangsa ke masyarakat luas,” pungkas Gati.

Baca juga: Menperin bidik ekspor alas kaki capai 6,5 miliar dolar AS

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021