Hadirnya aplikasi ini ditujukan sebagai motor penggerak transformasi budaya nelayan dari "mencari ikan" menjadi "menangkap ikan" melalui pemanfaatan teknologi informasi
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyosialisasikan inovasi Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Laut Nusantara, sebuah aplikasi berbasis android yang dapat mempermudah dalam menangkap ikan di kawasan perairan nasional.

Menteri Trenggono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyosialisasikan aplikasi tersebut antara lain dalam kunjungan kerjanya di Kampung Nelayan Maju, Desa Suak Gual, Kabupaten Belitung, Provinsi Babel, 26 Maret 2021.

Ia mengemukakan, aplikasi ini terus dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), agar semakin besar manfaatnya bagi nelayan Indonesia.

Hadirnya aplikasi ini ditujukan sebagai motor penggerak transformasi budaya nelayan dari "mencari ikan" menjadi "menangkap ikan" melalui pemanfaatan teknologi informasi, katanya.

Hanya dalam satu genggaman aplikasi, nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik, mulai menentukan secara mandiri lokasi penangkapan ikan terdekat, estimasi kebutuhan BBM, dan estimasi harga jual, dengan tetap mempertimbangkan kondisi cuaca dan gelombang saat bekerja di laut.

“Ya nelayan diajari. Ada Pak Bupati. Pak Kades sudah tahu belum ada aplikasi Laut Nusantara? Ya harus tahu,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat kunjungan kerja di Kampung Nelayan Maju, Desa Suak Gual, Belitung.

Kepala Pusat Riset Kelautan BRSDM KKP I Nyoman Radiarta menyatakan, aplikasi itu mengombinasikan data-data satelit observasi dan pemodelan yang dipadukan semua jadi real time, serta setiap hari datanya juga terus diperbaharui.

Saat ini terdapat pengembangan berupa fitur baru yang mampu menunjukkan tiga jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi, yaitu yellow fin tuna, blue fin tuna, dan tuna albakore. Sebelumnya telah ada pada aplikasi Laut Nusantara yaitu ikan lemuru, tuna mata besar dan cakalang.

Dalam mengembangkan aplikasi ini, Balai Riset dan Observasi Laut BRSDM bersinergi dengan PT. XL Axiata Tbk. "Meskipun kita sudah kerja sama dengan XL Axiata, tapi semua platform bisa menggunakan aplikasi ini," ujar Nyoman.

Hingga kini, Laut Nusantara telah diunduh oleh sebanyak 52 ribu pengguna dan disosialisasikan di sebanyak 28 wilayah di Indonesia.

Sebelumnya, pengamat kelautan Abdul Halim menyatakan penerapan aplikasi yang memudahkan berbagai pihak untuk mencari lokasi penangkapan ikan harus tersebar luas di nelayan kecil di berbagai daerah.

"Tantangannya adalah bagaimana informasi berbasis aplikasi tersebut bisa dimanfaatkan oleh nelayan kecil," kata Halim.

Menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan itu, selain tersebar luas penerapannya, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga perlu melakukan program pendampingan sedikitnya selama 3-6 bulan agar informasi berbasis aplikasi tersebut operasional dan betul-betul bisa diterapkan bagi nelayan kecil.

Ia berpendapat bahwa secara logika, pengembangan aplikasi semacam itu bisa digunakan untuk mengefisiensikan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dalam melaut, serta sejalan dengan prakiraan peta penangkapan ikan yang dilansir oleh KKP setiap pekannya.

Baca juga: KKP sebut aplikasi Laut Nusantara efektif bagi produktivitas nelayan
Baca juga: Pengamat: Digitalisasi perikanan perlu konsisten pendampingan nelayan
Baca juga: Digitalkan perikanan, KKP gencar sosialisasi aplikasi Laut Nusantara

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021