Tanjungpinang (ANTARA) - Peneliti Sejarah dan Budaya Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Kepulauan Riau Dedi Arman menilai di provinsi itu minim program studi pendidikan sejarah, sehingga menjadi salah satu penyebab penulisan sejarah di daerah itu jauh tertinggal dibandingkan daerah lain.

Sederhananya, kata Dedi, semakin banyak prodi pendidikan sejarah di suatu daerah, makin banyak sejarah lokal daerah tersebut bisa digali.

"Lihat saja daerah-daerah yang banyak memiliki perguruan tinggi yang ada prodi pendidikan sejarah, kajian sejarah daerahnya juga jauh lebih banyak," kata Dedi Arman di Tanjungpinang, Sabtu.

Baca juga: Pendidikan sejarah harus dilakukan secara bertahap, sebut sejarawan

Baca juga: Pakar: Penyusunan kurikulum sejarah tidak libatkan sejarawan


Menurutnya, dari data tahun 2020, ada tiga perguruan tinggi negeri di Kepri, yakni UMRAH, STAIN Sultan Abdulrahman, dan Politeknik Negeri Batam. Selain itu, ada puluhan universitas, sekolah tinggi dan akademi.

Dari puluhan perguruan tinggi ini, hanya satu kampus yang membuka prodi pendidikan sejarah, yakni Universitas Riau Kepulauan. Sementara tiga kampus negeri lainnya belum ada yang membuka prodi sejarah.

Ia mengatakan langkanya prodi pendidikan sejarah di Kepri, nasibnya juga sama dengan Provinsi Riau. Hanya satu perguruan tinggi, yakni Universitas Riau yang eksis membuka prodi pendidikan sejarah.

Dulu, lanjutnya, Universitas Lancang Kuning juga memiliki prodi itu, namun kemudian menghilang, meski Fakultas Ilmu Budaya tetap eksis. "Tidak mengherankan, Riau seperti tak memiliki regenerasi sejarawan setelah era Suwardi MS," imbuhnya.

Kondisi Kepri dan Riau, lanjutnya, berbanding terbalik dengan Provinsi Sumbar dan Jambi. Di Sumbar ada tujuh kampus yang membuka prodi sejarah, baik ilmu sejarah, pendidikan sejarah maupun sejarah kebudayaan Islam.

Baca juga: Anggota DPR : generasi muda jangan lupakan sejarah

Sementara, di Jambi ada empat kampus yang membuka prodi sejarah, yakni Universitas Jambi dua prodi, UIN Sultan Thaha dan Universitas Batanghari.

"Tak mengherankan, penulisan sejarah di Sumbar jauh lebih semarak dibandingkan di Kepri. Sejumlah nama sejarawan dari daerah ini diperhitungkan dalam kancah penulisan sejarah Indonesia," tutur Dedi Arman.

Pewarta: Ogen
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021