Kota Gaza (ANTARA News/AFP) - Israel akan segera mengizinkan makanan kecil dan sejumlah barang lain yang sebelumnya dilarang, masuk ke Jalur Gaza, sementara mempertahankan embargo terhadap banyak bahan bangunan dan barang industri yang sangat dibutuhkan, kata seorang pejabat Palestina, Rabu.

Langkah tersebut dilakukan ketika penentangan internasional terhadap penutupan perbatasan Jalur Gaza meningkat segera sesudah serangan Israel terhadap armada kapal aktivis pekan lalu, ketika pasukan komando angkatan laut negara Yahudi itu menembak mati sembilan aktivis Turki.

"Pemerintah Israel akan mengizinkan masuknya sejumlah barang yang sebelumnya dilarang pada awal pekan depan," kata Raed Fatuh, kepala kantor penghubung Jalur Gaza --yang dijalankan oleh pemerintah Otonomi Palestina, yang didukung Barat.

Ia menjelaskan barang-barang itu meliputi minuman bersoda, jus, buah, salad, biskuit dan keripik.

Sekarang Israel membolehkan masuk sekitar 130 jenis barang, dibanding 4.000 barang yang masuk sebelum Israel memperketat sanksi di wilayah itu menyusul pengambilalihan Jalur Gaza oleh Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) pada Juni 2007.

Seorang jurubicara militer Israel mengatakan keputusan untuk membolehka masuk barang-barang tambahan itu, termasuk gula-gula dan sele, telah diambil beberapa bulan lalu dan tidak berkaitan dengan insiden armada kapal bantuan.

Langkah itu terjadi ketika Mesir membuka perlintasan Rafahnya dengan Jalur Gaza -- satu-satunya terminal yang melangkaui Israel -- bagi mahasiswa, pemegang visa dan pasien, dan juga pengiriman bantuan kemanusiaan.

Israel selalu membolehkan masuk barang-barang kebutuhan pokok, dan barang rumah tangga, sementara peralatan dibawa masuk melalui terowongan penyelundupan dari Mesir yang diatur oleh HAMAS dan juga digunakan untuk menyelundupkan senjata.

Tapi Israel baru belakangan ini mulai membolehkan masuk material bangunan untuk beberapa proyek PBB, sementara semen dan besi yang dibawa masuk melalui terowongan kelewat mahal bagi sebagian besar warga Gaza, yang 80 persen mengandalkan bantuan asing.

Penutupan itu juga menghancurkan sektor swasta di Gaza, meningkatkan hampir 40 persen pengangguran, menurut Dana Moneter Internasional.

Israel menyatakan blokade dibutuhkan untuk manahan HAMAS -- yang disumpah untuk kehancuran negara Yahudi itu -- dan bahwa negara itu telah memenuhi kebutuhan kemanusiaan 1,5 juta warga Gaza.

Tapi negara itu menghadapi seruan yang meningkat untuk menghentikan blokade segera sesudah insiden konvoi kapal bantuan, dengan Spanyol dan Prancis mengusulkan dibukanya kembali perbatasan darat dan rute laut Gaza dengan para pengawas Eropa. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010