Gorontalo (ANTARA News) - Profesi wartawan itu sebaiknya dipandang sebagai sebuah pilihan hidup bagi seseorang yang harus dijalani dengan idealisme, bukan hanya pekerjaan yang berorientasi untuk mencari uang semata.

Hal itu dikemukakan Hendry Ch bangun, salah seorang pemateri tentang kode etik jurnalistik, dalam loka karya kode etik jurnalistik diselenggarakan oleh dewan pers di Gorontalo dan Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) di Gorontalo, Jumat.

"Jika sudah dianggap sebagai pilihan hidup, maka seorang wartawan dapat menghindari penyalahgunaan profesinya yang memang cukup rawan, dan yang terpenting menaati kode etik jurnalistik," Kata dia.

Penyalahgunaan profesi itu, lanjutnya, bisa saja mulai dari hal-hal yang remeh, seperti kemudahan saat mengurus SIM atau paspor, hingga hal-hal besar seperti memanfaatkan profesi kewartawannya untuk mendapatkan proyek dari pemerintah maupun pihak-pihak tertentu.

"Di negara-negara maju, ikut dalam kendaraan pihak yang sedang diliput saja, sudah dianggap sebagai sebuah pelanggaran," Kata dia.

Hendry, yang juga Wakil pemimpin redaksi Warta Kota ini juga mengatakan, sebagai sebuah pilihan hidup, seseorang yang memilih profesi wartawan juga harus memberikan pencerahan dan pendidikan dalam setiap pemberitaannya.

"Semua elemen masyarakat juga harus diberikan kesempatan yang sama oleh pekerja media, dalam menyampaikan aspirasinya," kata dia di hadapan 30 wartawan dari berbagai media di gorontalo yang menjadi peserta.

Kegiatan dewan pers ini, digelar sejak rabu (9/6) kemarin, dan akan berakhir pada Jum'at (11/6), turut menjadi pembicara di antaranya Ketua Dewan Pers, Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C.L, serta sejumlah pengajar LPDS lainnya.

(KR-SHS/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010