Kabul (ANTARA News/AFP) - Taliban menyerang sebuah pos polisi di Afghanistan tengah, menyulut pertempuran hari Minggu yang menewaskan delapan polisi, empat warga sipil dan sembilan gerilyawan, kata seorang gubernur.

Gerilyawan semula menyerang pos polisi pada tengah malam di distrik Kijran di provinsi Day Kundi, yang menewaskan dua polisi dan mencederai dua lain, kata Gubernur Qurban Ali kepada AFP.

Bala bantuan kepolisian dikirim pada Minggu pagi untuk memperkuat pos polisi itu, dan pertempuran dengan gerilyawan mulai meletus, lanjutnya.

"Enam polisi dan empat warga setempat yang membantu pasukan kepolisian dalam memerangi Taliban tewas, dan dua polisi terluka," kata Ali.

Sembilan gerilyawan juga tewas sebelum rekan-rekan Taliban mereka melarikan diri dari wilayah itu, tambahnya.

Day Kundi adalah sebuah provinsi terpencil dan terkucil yang jarang dilanda kekerasan Taliban dibanding dengan tetangganya, Uruzgan, dan provinsi-provinsi wilayah selatan, Kandahar dan Helmand, dimana serangan terjadi hampir setiap hari.

Juga Minggu, seorang prajurit Denmark tewas dan empat orang terluka ketika ledakan bom pinggir jalan menghantam patroli mereka di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, demikian diumumkan militer Denmark.

Sekitar 750 prajurit Denmark ditempatkan di Afghanistan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO. Sebagian besar dari mereka bertugas di provinsi Helmand di bawah komando Inggris.

Denmark telah kehilangan 31 prajurit dalam konflik di Afghanistan.

Saat ini terdapat lebih dari 130.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Delapan setengah tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu beberapa bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
(M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010