Surabaya (ANTARA News) - Ratusan Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di Indonesia, masuk katagori tidak sehat karena kesalahan dalam manajemen pengelolaan.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Budi Yuwono, kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengatakan dari total 392 PDAM yang kini beroperasi, hanya 104 PDAM yang masuk katagori sehat dan meraih laba usaha.

"Jadi, masih ada 288 PDAM di seluruh Indonesia yang kondisinya tidak sehat dan pemerintah terus berupaya menyehatkan kondisi perusahaan milik pemerintah daerah tersebut," katanya.

Ditemui di sela-sela rapat konsolidasi percepatan pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) dengan sejumlah pemerintah daerah, ia mengatakan kesalahan manajemen pengelolaan menjadi faktor utama penyebab tidak sehatnya PDAM.

Kesalahan pengelolaan itu, antara lain penempatan direksi yang tidak memenuhi persyaratan, akses pendanaan yang kurang baik akibat pemberlakuan tarif di bawah biaya produksi dan kurangnya efisiensi dalam operasional.

"Kendati PDAM lebih bersifat sosial untuk pelayanan masyarakat, tapi prinsip-prinsip dasar sebagai sebuah perusahaan tetap harus dijalankan," ujar Budi Yuwono.

Direktorat Cipta Karya Kementerian PU merasa ikut berkepentingan membantu penyehatan PDAM di daerah, karena PDAM menjadi salah satu pilar untuk mendukung program percepatan pencapaian MDGs di sektor penyediaan akses air minum layak bagi masyarakat.

Dalam program penyediaan akses air minum bagi penduduk di daerah rawan air tersebut, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp11,8 triliun untuk jangka waktu lima tahun atau hingga 2015.

Selain daerah rawan air, prioritas program tersebut adalah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, fasilitas penyehatan PDAM dan peningkatan akses bagi ibukota kecamatan.

Budi Yuwono menambahkan upaya penyehatan PDAM dilakukan pemerintah melalui pemberian fasilitas kredit perbankan dengan subsidi bunga, restrukturisasi utang dan penyehatan manajemen.

"Namun, tarif PDAM kepada pelanggan juga harus disesuaikan, jangan lagi memberlakukan tarif di bawah biaya produksi. Kalau itu terus dilakukan, PDAM tidak akan pernah sehat," katanya menambahkan. (D010/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010