Imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik 34 basis poin (bps) dari 1,4 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 1,74 persen dalam sebulan
Jakarta (ANTARA) - Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro menilai ada indikasi peralihan dana asing yang ditempatkan di Indonesia ke Amerika Serikat dalam sebulan terakhir.

"Pada Maret, dana asing keluar dari pasar saham Rp2,4 triliun, asing juga keluar dari pasar obligasi Rp20 triliun dalam sebulan. Memang ada indikasi sedang ada peralihan aliran dana asing kembali ke Amerika dikarenakan ada potensi gain tambahan akibat tingginya kenaikan yield US treasury," ujar Nico saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Nico mengatakan sebenarnya dalam sebulan terakhir, imbal hasil (yield) obligasi AS dan imbal hasil surat berharga negara (SBN) sama-sama naik.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik 34 basis poin (bps) dari 1,4 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 1,74 persen dalam sebulan.

Sedangkan imbal hasil SBN 10 tahun naik 14 bps dari 6,77 persen pada 26 Februari 2021 menjadi 6,92 persen dalam sebulan.

"Tapi, karena yield US treasury naik begitu cepat, makanya spread jadi mengecil," kata Nico.

Dalam sebulan, selisih (spread) antara imbal hasil (yield) obligasi AS dan imbal hasil SBN menyempit 20 bps, dari sekitar 537 bps pada akhir Februari menjadi 518 bps pada akhir Maret.

Menurut Nico, memang tren kenaikan imbal hasil yeld yang tengah naik ini tentu memberatkan pemerintah untuk membayar beban bunga.

"Makanya, selama sebulan ini pemerintah selalu tidak maksimal menyerap dana lelang karena memang pemerintah harus selektif dalam menyerap dana dari pelaksanaan lelang tersebut agar tidak terkena risiko beban bunga yang terlalu besar," ujarnya.

Ia menambahkan sebagian besar defisit APBN memang dominan akan dibiayai oleh penerbitan SBN, sedangkan sisanya dalam porsi yang lebih sedikit dibiayai oleh pinjaman utang dalam dan luar negeri.

Analis Bina Artha Sekuritas Nafan Aji mengatakan jika imbal hasil obligasi RI naik, maka kewajiban untuk membayar bunga juga naik. Dalam kondisi tersebut, memang berat bagi Kementerian Keuangan untuk menerbitkan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Mau tidak mau untuk menarik minat asing masuk ke obligasi RI, pemerintah mesti menerbitkan SUN dengan yield yang lebih tinggi. Supaya menjadi menarik," ujarnya.

Baca juga: Rupiah melemah tertekan naiknya imbal hasil surat utang AS
Baca juga: Kemenkeu: Penawaran lelang SUN rendah, pasar nantikan kebijakan Fed
Baca juga: Utang Luar Negeri RI Januari naik 2,6 persen, capai 420,7 miliar dolar

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021