Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan pemerintah berencana meremajakan 70 ribu hektare lahan perkebunan kakao selama 2009-2011 untuk meningkatkan produksi kakao nasional.

"Dalam gerakan nasional kakao juga direncanakan rehabilitasi 235 ribu hektare lahan kakao, intensifikasi pada 145 ribu hektare lahan dan pengendalian hama pada 450 ribu hektare lahan kakao dalam tiga tahun," katanya usai menyaksikan penandatanganan kerja sama peningkatan kinerja perdagangan dan industri kakao antara PT Sarinah (Persero) dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan PT Bumi Tangerang Mesindotama di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, pemerintah menitikberatkan peningkatan kapasitas produksi kakao di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Bali, Maluku dan Papua.

Ia menjelaskan sampai 2009 produksi kakao Indonesia mencapai sekitar 803 ribu ton dalam satu tahun, dan sebanyak 550 ribu ton di antaranya diekspor dengan nilai sedikitnya 1,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Indonesia sampai sekarang masih menjadi negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

"Gerakan Nasional Kakao insya Allah dapat meningkatkan produksi kakao menjadi 1,6 juta ton sampai dua juta ton," katanya.

Ia menambahkan pemerintah mengalokasikan dana Rp3,3 triliun untuk program Gerakan Nasional Kakao.

Bayu mengatakan selain meningkatkan produksi, pemerintah juga mendorong peningkatan kualitas dan diversifikasi produk kakao untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar dunia.

"Kalau tidak melakukan persiapan akan terjadi paradoks, sebagai produsen kakao besar kita hanya menjadi `market follower`. Itu tidak boleh terjadi. Kita harus berusaha supaya bisa menjadi produsen besar sekaligus `market leader`. Untuk itu harus ada efisiensi dan usaha menghasilkan produk olahan kakao. Sumbangan `butter` dan bubuk coklat untuk ekspor harus diperbanyak," katanya.

Ia mengatakan sektor industri pengolahan kakao menjadi produk olahan kakao harus dikembangkan.

Pemerintah, katanya, menyiapkan kebijakan untuk mendorong pengembangan industri pengolahan kakao menjadi produk bernilai tambah tinggi.

Kementerian Perdagangan, menurut Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, juga mendukung peningkatan industri pengolahan kakao.

"Bulan lalu pemerintah mencapai kesepakatan dengan dua asosiasi kakao besar dunia. Mereka akan mendukung peningkatan produksi, keberlanjutan pasokan kakao, dan proses pengolahan kakao untuk keperluan pasokan mereka," katanya.

Pemerintah, kata dia, juga berusaha menarik negara-negara pengimpor kakao Indonesia untuk merelokasi fasilitas pengolahannya ke Indonesia.

Kakao memiliki peran penting dalam kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang selama periode 2005-2009 menunjukkan tren positif sebesar 9,6 persen.

Menurut data Kementerian Perdagangan, kinerja ekspor kakao juga menunjukkan peningkatan bermakna. Perdagangan kakao periode Januari-Maret 2010 mengalami surplus sebesar 5,57 miliar dolar AS.

Total ekspor kakao pada Januari-Maret 2010 mencapai 35,54 miliar dolar AS atau meningkat 54,31 persen dibanding periode yang sama 2009 yang nilainya sebesar 23,03 miliar dolar AS.

Selama periode 2004-2009, negara tujuan ekspor kakao Indonesia antara lain Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Brazil dan Prancis.(*)
(T.M035/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010