Jakarta (ANTARA News) - Berada di posisi strategis di jantung kota, berdiri kokoh sejak tahun 1744, menjadikan Istana Bogor seperti inti bumi keberadaan Kota Bogor yang tak terpisahkan.

Tekstur bangunan bergaya Eropa dengan warna putih mendominasi penampilannya memperlihatkan kesucian sejarah yang ditorehkan dalam perjalanan waktu menembus dimensi peradaban hidup bangsa Indonesia.

Keberadaanya tidak hanya penting bagi sejarah bangsa, dijadikannya sebagai Istana Kepresidenan membuktikan bahwa bangunan bersejarah tersebut menjadi kebanggaan yang pantas untuk diagungkan dan dijaga kelestariannya.

Pada 1 Januari 1950, Istana Bogor resmi diambil alih pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, menjadikannya sebagai Istana Kepresidenan atau pusat pemerintahan menggusur fungsi awalnya sebagai tempat pensanggrahan yang di era kini lebih dikenal sebagai villa.

Dalam fungsinya sebagai Istana Kepresidenan, bangunan yang memiliki luas 1,5 hektar begitu angkuh berdiri dengan keelokan tampilan gedung yang menyimpan ratusan benda-benda seni bersejarah berusia hampir sama dengan tahun berdirinya bangunan.

Awalnya Buitenzorg, begitu ia (Istana Bogor-red) dipanggil pada zamannya dibangun pada era pemerintahan Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff.

Sebagai pemimpin kompeni yang memiliki banyak perkebunan untuk dijajah, G.W. Baron van Imhoff menginginkan sebuah tempat peristirahatan, menghilangkan penat dan kejengahannya selama memimpin Batavia (Jakarta tempo dulu).

"Gubernur Baron memiliki perkebunan teh di Cianjur, ia sering bolak-balik dari Batavia ke Cianjur untuk mengawasi perkebunan. Lalu dia berinisiatif membangun tempat peristirahatan menghindari kemacetan di Batavia," papar Junaidi, salah seorang penjaga istana menuturkan sebait kisah terbentuknya Istana Bogor.

Junaidi menuturkan bait-bait sejarah yang masih dikenangnya, arti nama Buitenzorg sesuai dengan fungsinya yang berarti bebas masalah atau kesulitan dibangun mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris.

Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 - 1761.

Sejarah memang tidak selamanya mengalir berirama dalam perjalannya menembus lorong waktu bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 28,8 hektar itupun pernah mengalami jatuh bangun.

Buitenzorg sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754.

Namun, serangan itu tidak membuatnya bergeming. Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels (1808 - 1811), pesanggrahan tersebut direnovasi. Ia diperluas dengan memberikan penambahan ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

"Hingga kini jumlah rusa tutul yang ada mencapai 860 ekor," kata Junaidi mencoba menghitung.

Kemudian, lanjut pria yang sudah 22 tahun mengabdi sebagai penjaga Istana. Pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen (1817 - 1826), dilakukan perubahan besar-besaran.

Istana dipugar semakin megah, dengan menambah sebuah menara di tengah-tengah gedung induk, sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.

Kemegahannya tidak berlangsung lama, sebuah gempa bumi berkekuatan penuh cukup mampu meluluhlantakkan bangunan yang ada di Pulau Jawa pada 10 Oktober 1834 menjadikan gempa pertama yang membuat Buitenzorg hancur untuk pertama kalinya.

Namun, karena kegemaran bangsa kompeni yang menginginkan sebuah tempat peristirahatan, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851 - 1856), Buitenzorg kembali dibangun dengan merubuhkan seluruh bangunan lama sisa gempa.

Mengambil arsitektur Eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung.

Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856 - 1861). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

"Menurut informasi sejarah, sekitar 37 Gubernur Jendral Belanda pernah mengisi bangunan ini," kenang Junaidi.

Sejarah kembali berlanjut, tahun 1942 penjajahan Belanda tunduk setelah ditaklukan Jepang. Bangsa Indonesia kembali dijajah oleh bangsa samurai.

Berbeda dengan pendahulunya yang menjajah hampir 3,5 abad. Di bawah kepemimpinan Jenderal Imamura, Buitenzorg diambil alih dan dijadikan sebagai basis militer tentara Jepang.

Selama 3,5 tahun Jepang menjajah, semua peninggalan bangsa Belanda yang tertinggal seolah tak rela dimiliki rakyat Indonesia dirusak oleh negeri Matahari terbit itu.

Pemerintah Jepang juga pernah ingin menghancurkan Kebun Raya Bogor yang dibangun para peneliti Belanda dijadikan sebagai alat persenjataan dengan menebang pohon-pohon yang sudah tertanam.

"Namun peneliti Jepang mengatakan kepada Jenderal-nya, kalau pohon-pohon ini sangat penting untuk kelangsungan kota. Sehingga pemerintah Jepang tidak jadi merusaknya," kenang Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKM) Kebun Raya Bogor-LIPI, Mustaid Siregar.

Nyawa

Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor seolah satu nyawa yang tak terpisahkan. Hanya pagar yang membatasi ranah kekuasaan fungsi keduanya.

Kekuasaan Jepang pupus pada pada akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu. Buitenzorg beralih kepemimpinan.

Inggris menduduki Indonesia, tak lama kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat (BKR) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949.

Sejak resmi dijadikan Istana Kepresidenan 1950, berbagai peristiwa penting kenegaraanpun menghiasi fungsi keberadaannya. Pertemuan pemimpin negara-negara dibelahan dunia menjadikan gedung itu sebagai daya tarik sebagian besar masyarakat Indonesia.

Bangunan itu ibarat grafitasi Kota Bogor, manarik perhatian setiap yang datang ke negeri Pasudan. Keterbatasan akses masuk karena penjagaan yang ketat para pengawal istana, membuat kawasan istana seolah sulit untuk ditembus mimpi-mimpi si Neng kecil.

Endang (17) sebagai generasi muda asli Kota Hujan, siswi sekolah kejuruan di Kota Bogor belum pernah menginjakkan kaki ke dalam Istana.

"Jangankan saya, ibu saya aja yang sudah 50 tahun belum pernah liat Istana dari dalam. Bisanya hanya sekali setahun setiap kali hari jadi Bogor baru ada kesempatan masuk istana," katanya.

Hampir semua warga Bogor tahu bahwa untuk bisa masuk ke dalam Istana Bogor perlu menunggu setahun sekali pada saat peringatan Hari Jadi Bogor.

"Pemerintah menggelar program Istana Bogor Open bagi masyarakat umum yang ingin mengunjungi istana setiap memperingati HUT Bogor di bulan Juni. Hingga kini sudah empat kali digelar," kata Kepada Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, Syahlan Rasidin.

Program inipun hampir setiap tahun dinantikan, tidak hanya oleh warga Bogor, peminat juga datang dari luar Pulau Jawa bahkan menyihir pengunjung dari negara-negara belahan benua.

Tahun ini, sekitar 54.700 orang mendaftar untuk bisa masuk ke Istana Bogor yang dibuka untuk umum selama tujuh hari dari tanggal 14 hingga 23 Juni.

Mereka datang dari berbagai kalangan, berasal dari berbagai daerah, mulai dari usia muda hingga menanjak tua. Semuanya seolah tidak ingin ketinggalan momen.

Berbagai niat mereka untuk masuk kedalam istana menjadi rahasia masing-masing. Wati (34) warga Kemang Parung, Kabupaten Bogor mendapat giliran di hari pertama untuk masuk kedalam istana bapak prisiden begitu ia menyebutnya.

Wati berniat masuk ingin mengetahui seperti apa Istana itu dari dalam, dan ingin merasakan yang pernah dirasakan para pemimpin dunia yang pernah menginjakkan kakinya digedung berwarna putih itu.

"Saya pingin merasakan apa yang dirasakan para pejabat-pejabat negara yang pernah masuk ke dalam Istana. Selama inikan yang bisa masuk cuma pejabat pemerintahan saja, nah saya mau liat apa yang ada didalamnya," ucapnya penuh minat didampingi 10 orang tetangganya yang ikut dalam rombongan pengunjung.

Niat berbeda dirasakan Noldi, siswi kelas dua SMP di salah satu sekolah swasta di Kota Bogor. Berkunjung bersama rekan-rekan sekolahnya bersama guru-guru menjadikan program kunjungan pendidikan. Namun iapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan kenangan yang mungkin hanya sekali satahun terjadi itu.

Ketika sudah berada di luar istana, Noldi mengabadikannya dalam sebuah file foto di handphone miliknya.

"Untuk Facebook mbak, kan keren pernah masuk Istana," katanya gamlang.

Selama empat hari dibuka untuk umum, 18 ribu orang tercatat mengunjungi Istana, belajar sejarah, mencari tau tabir rahasia yang ada didalam Istana kharismatik itu.

Empat Museum

Junaidi kembali menjelaskan, berbagai benda peninggalan sejarah tersimpan di dalam inti bangunan empat buah museum yang berada dilingkaran Istana.

Istana Kepresidenan Bogor merupakan salah satu dari tujuh Istana Kepresidenan Republik Indonesia yang ada.

Di dalam Istana menyimpan banyak benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni lainnya.

Hingga kini lukisan yang terdapat di istana ini adalah 448 buah, dimana judul atau nama lukisan itu, pelukisnya, tahun dilukisnya.

Begitu pula halnya dengan patung dengan aneka bahan bakunya. Di istana ini terdapat patung sebanyak 216 buah.

Istana juga mempunyai koleksi buku sebanyak 3.205 buah yang terdapat di perpustakaan istana.

Di samping lukisan dan patung, Istana Bogor juga mengoleksi keramik sebanyak 196 buah.

"Kebanyakan di dalamnya adalah lukisan milik sang maestro Basuki Abdullah. Sebuah lukisan yang paling mengagumkan banyak orang yang datang berjudul "bila dunia berakhir" menggambarkan ketika kiamat tiba," kata Junaidi sambil menunjuk ke arah lukisan yang berada di samping ruang kerja Presiden Sukarno.

Lukisan-lukisan tersebut berusia puluhan tahun, bahkan ada yang berusia hampir dua ratus tahun yakni sebuah lukisan berukuran kurang kurang lebih 3x4 meter terpampang di ruang kerja Bung Karno yang merupakan hadiah dari pemimpin Rusia pada tahun 1818.

Gambar yang terlukis dalam kanvas itu mengisahkan tentang pesta adat pernikahan bangsa Rusia, terlihat anggun dengan bingkai warna emas.

Lukisan ini berada di sayap kanan bangunan utama. Gedung dibagi tiga ruangan, fungsi bangunan berbeda-beda. Junaidi menjelaskan, sayap kiri bangunan diperuntukkan tempat peristirahatan pejabat setingkat menteri, sayap kanan untuk penjabat setingkat kepala negara.

Sedangkan gedung utama diperuntukkan sebagai ruang deklarasi, disebut dengan ruangan Garuda. Ruangan ini berada dibagian dalam bangunan, terdapat 15 kursi berpasang-pasangan tertata rapi ditengah ruangan.

Sebelum memasuki ruangan Garuda, dari depan Istana kita terlebih dahulu memasuki ruang Teratai yang tempat menjamu para pejabat negara yang datang.

Di ruangan yang memanjang ke kiri dan kanan ini dihiasi lukisan para presiden RI yang pernah memimpin. Mulai dari Sukarno, Suharto hingga Susilo Bambang Yodhoyono.

Untuk masuk ke Gedung Garuda sebagai gedung inti, kita melewati lorong sepanjang kurang lebih 2,5 meter dimana disisi kiri dan kanannya terdapat dua cermin sangat besar dengan bingkai berwarna kuning saling berhadap-hadapan.

"Ini adalah cermin seribu. Sudah ada sejak puluhan tahun silam," kata Junaidi tanpa bisa mengingat tahun tepatnya cermin kembar pemberian pemerintah Ceko tersebut ada.

Cermin tersebut menarik minat para pengunjung, mereka penasaran kenapa disebut cermin seribu padahal jumlahnya hanya dua. Keajaiban terjadi saat kita melintasi lorong tersebut dan berhenti sejenak untuk bercermin.

Seribu bayangan kita dihasilkan oleh dua cermin itu berjejer rapi di dalamnya seperti sebuah hologram. Menarik, sangat-sangat menarik bisa mengabadikan momen itu, tapi sayang pihak penjaga melarang pengunjung untuk mengabadikan kenangan dari dalam Istana.

Kunjungan berakhir di pintu kanan Istana, untuk bisa menyaksikan istana dari depan dan melihat ratusan rusa-rusa tutul asal Nepal beristirahat di bawah rindangnya pohon yang menghiasi halaman Istana kita harus mendapat izin dari penjaga.

Selama kurang lebih 25 menit menginjakkan kaki di dalam istana cukup membayar penantian selama bertahun-tahun hanya bisa melihat dari jarak 50 meter dari pagar pengaman istana.

Meskipun hanya sebentar kunjungan ini menjadi momen tak ternilai harganya bagi setiap orang yang menghargai sejarah.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Syahlan Rasidin, mengatakan Istana Bogor merupakan salah satu dari ratusan benda cagar budaya mili Kota Bogor. Kehadiran Istana menjadi daya tarik Bogor sebagai salah satu alternatif kunjungan wisata.

Setiap tahunya jumlah wisatawan yang datang ke Bogor meningkat, pada tahun 2009 tercatat 2.729.672 wisatawan nusantara dan 146.880 wisatawan mancanegara mendatangi Bogor. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya 2008 yakni 2.249.484 wisatawan nusantara dan 144.224 wisatawan mancanegara.

Hampir setiap libur akhir pekan, Bogor menjadi incaran turis baik yang ingin berdarmawisata ataupun melakukan riset IPTEK. Karena Bogor juga menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbagai lembaga penelitian dan pengetahuan berpusat disini, ada IPB, CIFOR dan puluhan LSM lingkungan hadir disini.

(T.KR-LR/Z003/S026)

Oleh Oleh Laily Rahmawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010