Denpasar (ANTARA News) - Museum Neka di perkampungan seniman Ubud di usia ke-28 tahun, 22 Juli mendatang dinilai banyak kalangan meraih sebuah kesuksesan dalam pengabdian diri di jagat seni.

"Museum seni itu tak pernah terhenti berdenyut, selain aktivitas rutin menggelar pameran, sarasehan, juga senantiasa mengibarkan seni lukis Bali dan Indonesia di kancah mancanegara," kata pendiri dan pengelola Museum Neka Pande Wayan Suteja Neka di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, museum itu pada mulanya hanya memiliki 100 koleksi, namun dalam perkembangannya hingga kini berhasil menambah koleksi menjadi 312 lukisan dan patung serta koleksi 272 keris pusaka.

Hal itu menunjukkan pengelolaan museum memdapat sentuhan penanganan yang serius dan sungguh-sungguh, bahkan dilengkapi dengan dua paviliun khusus memajang karya-karya pelukis legendaris I Gusti Nyoman Lempad dan Young Artist Arie Smit.

Museum swasta terdepan di Tanah Air itu terus mengembangkan diri untuk memantapkan pengabdian dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali.

Ia mengaku, pendirian museum tersebut mendapat inspirasi dari ketokohan I Wayan Neka (1917-1980) seorang pemahat spesialis patung garuda anggota Pita Maha.

Museum yang diresmikan tahun 1982 oleh Dr Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, dibangun di atas lahan seluas 10.000 meter persegi dengan bangunan 4.000 meter persegi.

Dalam perkembangannya kini memiliki delapan gedung. Gedung itu dibagi menjadi ruang-ruang dan tiap ruang diisi koleksi yang menggambarkan sejarah perjalanan seni lukis di Bali.

Dengan menelusuri ruang demi ruang itu, orang sudah mendapat referensi yang cukup tentang sejarah seni lukis Bali dan Indonesia umumnya.

Pengelompokan tersebut untuk menuntun pengunjung menelusuri sejarah perkembangan seni lukis di Bali serta tokoh-tokohnya, tutur Pande Wayan Suteja Neka.
(T.I006/J006/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010