Jakarta (ANTARA) -
Deputi bidang Operasi dan Latihan Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Muda TNI TSNB Hutabarat menyebutkan strategi Pemanduan Terpadu diyakini mampu menjadi solusi strategis untuk menangani persoalan keamanan dan keselamatan perairan Selat Malaka.
 
Hal itu tertuang dalam disertasi doktoral Laksamana Muda Dr TSNB Hutabarat M MS berjudul Strategi Pemanduan Terpadu untuk mencapai Kesetimbangan Ekonomi dan Keamanan di Selat Malaka.
 
Laksda TNI TSNB Hutabarat meraih gelar tertinggi akademis di bidang Strategik Manajemen dari Sekolah Bisnis, IPB University, dan diwisuda secara daring Rabu.

Baca juga: Guskamla Koarmada I nilai Selat Malaka masih rawan pembuangan limbah
 
"Strategi yang diteliti dalam disertasi ini bisa menjadi jawaban terhadap kasus kecelakaan yang sering terjadi di perairan seperti di Terusan Suez baru-baru ini. Kandasnya kapal Ever Given menyebabkan lalu lintas di Terusan Suez terganggu," kata pria yang biasa disapa Cokky Hutabarat ini.
 
Menurut Cokky Hutabarat, perlu ada solusi setimbang (equilibrium) dalam penanganan Selat Malaka yang mengakomodasi para pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku bisnis, pelaut, agen pelayaran, instansi pelabuhan, penegak hukum, dan keamanan laut.
 
"Strategi Pemanduan Terpadu akan mampu menciptakan lapangan kerja, memberikan devisa bagi pemerintah, dan menyelesaikan akar permasalahan di Selat Malaka di antaranya false report (laporan palsu) dan false alarm (informasi kecelakaan palsu)," katanya dalam siaran persnya.
 
Terdapat empat novelty (kebaruan) dari penelitian terkait Strategi Pemanduan Terpadu yang dilakukan Dr Cokky Hutabarat.
 
Pertama, strategi ini mengombinasikan "Deep Sea Piloting" dan personel keamanan yang on board di kapal yang dipandu dan berlayar di Selat Malaka.
 
Kedua, strategi ini merupakan solusi dari penolakan terhadap pola "Private Military Security Company" dan mengefektifkan pola operasi keamanan di Selat Malaka.
 
Ketiga, penelitian merupakan riset dengan pendekatan Kesetimbangan bukan "Trade Off". Dengan begitu, strategi ini akan menghasilkan kesetimbangan antara efisiensi ekonomi dan efektivitas keamanan.
 
Keempat, peneliti berupaya memperkenalkan metodologi baru berupa "Military Decision Making Methodology" (MDMM) yang lazim digunakan dalam perencanaan operasi militer, tetapi dikembangkan menjadi metodologi penelitian sosial.
 
Bertindak sebagai pembimbing disertasi Dr Cokky Hutabarat adalah Prof Dr Ir M Syamsul Maarif M Eng, Prof Ir Purnomo Yusgiantoro MSc MA PhD dan Dr N Zulbainarni Spi MSi.
 
Disertasi Dr Cokky Hutabarat diteliti dengan menggunakan empat metodologi yakni Soft System Methodology (SSM), MDMM, Analitical Hierarchy Process (AHP), dan Tactical Floor Game (TFG).
Selain gelar S3 dari kampus dalam negeri, Cokky menyelesaikan pendidikan Systemic Strategic Thinking Management and Planning Course, Naval Post Graduate School, Amerika Serikat, dan International Security Studies Course, G.C. Marshal CSS, Garmisch, Jerman.
 
Lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1989 ini juga mengantongi gelar akademis strata 2 yakni di bidang Maritime Studies dari University of Wollongong, Australia, dan Strategi dan Kampanye Militer dari Universitas Pertahanan, Indonesia. Sementara itu, pendidikan S1 diselesaikan Cokky Hutabarat di jurusan Defence Studies, University of New South Wales, Australia.
 
Sebelum berlabuh ke Bakamla pada 2019, lelaki kelahiran Desember 1967 ini sempat menjabat beberapa posisi strategis di Angkatan Laut. Cokky sempat menjabat Kepala Staf Armada 1 (2018-2019), dan Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) pada 2016-2018.
 
Pada 2014-2016, Cokky dipercaya menjabat Komandan Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada Barat, setelah menjalani tugas sebagai Ajudan Presiden (2012-2014).

Baca juga: Bakamla tangkap 2 kapal pencuri ikan asal Malaysia di Selat Malaka

Baca juga: KKP amankan tiga kapal pencuri ikan di Selat Malaka

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021