Medan (ANTARA News) - Berbagai penyakit yang bersifat metabolik dan generatif lebih sesuai diobati dengan obat-obatan tradisional. "Karena obat tradisional rata-rata sangat sedikit menimbulkan efek samping," kata Guru Besar bidang Genetika Molekuler Reproduksi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Prof. Syafruddin Ilyas di Medan, Sabtu.

Penyakit metabolik, kata dia, merupakan penyakit medis yang berkaitan dengan produksi energi di dalam sel manusia yang sebagian di antaranya disebabkan makanan, racun, dan infeksi.

Jenis penyakit ini seperti diabetes, hiperlipidemia, asam urat, batu ginjal dan hepaptitis.

Sementara penyakit degeneratif penyakit yang mengiringi proses penuaan seperti rematik, asma, tukak lambung, dan pikun.

Ia mengatakan, pola penyakit dewasa ini telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif.

Hal ini berhubungan dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia.

Penggunaan tanaman obat sebelum tahun 1970-an dalam menanggulangi penyakit infeksi tidak efektif karena efeknya sangat lambat.

Tetapi periode berikutnya hingga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyakit infeksi.

Namun, lanjut dia, timbul penyakit baru yang bukan disebabakan oleh jasad renik melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali, serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi.

Penanggulangan penyakit tersebut butuh waktu lama sehingga jika obat modern yang dipakai dikhawatirkan menimbulkan efek samping hingga merugikan kesehatan.

"Oleh sebab itu tanaman obat atau obat-obatan tradisional lebih cocok untuk pengobatan penyakit metabolik dan degeneratif itu karena efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman," katanya.(*)
(T.KR-JRD/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010