Paris (ANTARA News) - Ketua Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) Jean-Pierre Escalettes mengatakan Senin, ia mengundurkan diri setelah kegagalam tim Prancis di Piala Dunia.

Prancis meninggalkan Afrika Selatan dengan membawa satu poin dan satu gol dari babak penyisihan grup setelah tim itu melakukan skandal dengan memboikot latihan sebagai protes dipulangkannya striker Nicolas Anelka, yang bertengkar dengan pelatih Raymond Domenech, sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Saya kira sudah tiba saatnya saya meletakkan jabatan saya sebagai presiden Federasi Sepak Bola Prancis," kata Escalettes melalui pernyataannya.

"Saya menerima pertanggungjawaban ini," katanya, "Keputusan saya ini untuk memfasilitasi evolusi dalam institusi yang saya pimpin selama beberapa dekade ini," katanya.

Escalettes yang berusia 75 tahun, memimpin FFF sejak 2005, mengatakan ia akan meletakkan jabatannya secara resmi dalam pertemuan dewan badan sepak bola Prancis itu pada Jumat mendatang.

Menteri Olah Raga Prancis Roselyne Bachelot sebelumnya sudah mengatakan, pemunduran diri Escalettes merukan hal yang "tidak dapat dihindari".

FIFA bereaksi Sabtu dengan memperingatkan politisi Prancis agar berhati-hati mencampuri masalah sepak bola nasional yang sedang berbenah diri setelah kampanye traumatik tim Les Bleus itu.

Mantan pemain amatir dan guru bahasa Inggris, Escalettes, merupakan sosok yang dipuji karena kemampuannya memecahkan masalah keuangan FFF dan membawa Prancis menjadi tuan rumah Euro 2016.

Tokoh ramah itu selama ini mendapat kritikan, sejak ia memutuskan membiarkan Domenech bertanggung jawab atas tim Prancis yang gagal di Euro 2008.

Domenech yang kontroversial, yang selama enam tahun kepemimpinannya berakhir dengan tersingkirnya Prancis di Afrika Selatan pada Grup A minggu lalu, selanjutnya akan digantikan Laurent Blanc.

"Saya menghormati Jean-Pierre Escalettes yang sudah membangun kembali keuangan FFF, menjadikan Prancis sebagai tuan rumah Euro 2016 dan mengembangkan sepak bola Prancis," kata Presiden Komite Olimpiade Prancis (CNOSF) Denis Masseglia kepada Reuters.

"Ia selalu berdebat demi kemajuan sepak bola Prancis ke depan, jadi ini bukan masalah ia mau mundur atau tidak," kata Masseglia.

Escalettes, yang seharusnya menempati kursinya hingga 2012, juga sudah mendapat tekanan sejak Prancis berjuang berat untuk lolos ke Afrika Selatan.

Puncaknya adalah ketika timnya maju ke Afrika Selatan tetapi melalui jalan kontroversial, yaitu lewat "handball" Thiery Henry ketika bermain pada playoff lawan Irlandia.

Kekhawatiran Prancis menjadi-jadi dan semakin buruk di Afrika Selatan, ketika pemain melancarkan boikot dan beberapa drama di lapangan yang akhirnya menyebabkan mereka terdepak sebelum turnamen itu usai.

Boikot latihan di depan umum di Knysna, Western Cape, terjadi setelah FFF memutuskan memulangkan Anelka karena bertengkar dengan pelatih Domenech pada setengah main ketika mereka kalah 0-3 atas Meksiko.

Masalah semakin menjadi kontroversial ketika Prancis dikalahkan tuan rumah dan Domenech menolak berjabat tangan dengan pelatih tim Bafana Bafana Carlos Alberto Parreira, yang dituduhnya mengatakan Prancis tidak pantas mengikuti Piala Dunia.

Mantan juara dunia dan juara Eropa itu berada di urutan paling bawah klasemen grup dengan sekali seri dan kali kalah.

Kejadian runyam di Afrika Selatan itu membuat Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menganggap perlu mengadakan pembicaraan dengan tim melalui Menteri Olahra Raga mereka.

Bachelot, sang menteri terpaksa memperpanjang waktu tinggal di Afrika Selatan, untuk membicarakan masalah mereka sebelum melakukan pertandingan terakhir.

Escalettes berdiam diri setelah sebelumnya mengatakan tidak akan mundur sejak timnya kalah atas Afrika Selatan, karena ia bukan "tipe pemimpin yang kabur ketika kapalnya akan tenggelam."

Sarkozy meminta agar seluruh sepak bola negaranya dikaji ulang setelah Prancis kandas di Piala Dunia Afrika Selatan.
(A008/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010