Sidoarjo (ANTARA News) - Jalan Raya Porong mengalami penurunan tanah lima centimeter setiap hari hari, dan tercatat terjadi penurunan sebesar 90 centimeter sejak tahun 2008 silam, akibat semburan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc.

Wakil Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Akhmad Kusairi, Selasa, mengatakan, penurunan terparah berada di pintu keluar Jalan Tol Porong.

"Penurunan tanah tersebut disebabkan adanya rongga yang berada di dalam tanah, sehingga tanah yang ada di atasnya mengalami anjlok, secara pasti," katanya mengungkapkan.

Ia mengemukakan, dengan adanya penurunan tersebut, saat ini BPLS melakukan peninggian jalan sepanjang satu kilometer dari Desa Ketapang, Tanggulangin sampai Tugu Kuning di Kelurahan Siring, Porong.

Peninggian pada jalur ini mencapai satu meter pada tempat amblesan yang terdalam di depan Gerbang Tol Porong.

Peninggian dilakukan mengingat kondisi jalan cukup mengkhawatirkan, kondisi jalan yang berlubang dan mengalami penurunan tanah (subsidence) memaksa jalan arteri ini untuk segera diperbaiki.

"Wilayah tersebut terutama di jembatan `puthul` (buntung, bekas ruas tol Porong-Gempol), memang mengalami penurunan tanah yang cukup ekstrim dalam kurun waktu setahun terakhir," ucapnya menegaskan.

BPLS mencatat ada penurunan tanah sekitar 90 cm. Kondisi ini membuat jalan arteri Porong kurang layak untuk dilalui arus kendaraan yang cukup padat.

Mengingat jalan arteri Porong merupakan jalur sentral transportasi Jawa Timur untuk wilayah timur dan selatan, maka seyogyanya jalan ini memang mendapat perbaikan supaya jalur transportasi kembali lancar dan bisa mengurangi kemacetan.

Peninggian yang dilakukan diharapkan bisa selesai sebelum hari raya tahun 2010, artinya ada waktu dua bulan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Pekerjaan fisik peninggian memang dimaksimalkan pada malam hari di atas jam 21.00 WIB.

"Hal ini dilakukan, untuk mengurangi kemacetan yang terjadi akibat banyaknya alat berat di jalur ini," paparnya.

Ia mengemukakan, untuk mengantisipasi kekuatan tanah di area pekerjaan, dalam setiap 30 centimeter timbunan tanah dipasang geotekstil untuk mencegah penurunan tanah.

"Setelah urukan tanah mencapai 30 centimeter kami lakukan uji kepadatan dengan maksimal, kemudian kami beri geotekstil kembali untuk ketingian urukan sirtu (pasir batu) mencapai 60 cm sedangkan campuran semen dan sirtu 30 centimeter serta sisanya adalah aspal," tuturnya menjelaskan.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010