Surabaya (ANTARA News) - Produksi "tembakau Jawa" di Kabupaten Jombang tahun 2010 tertinggi di antara sembilan daerah lain yang memiliki potensi varietas tersebut di Jawa Timur.

Kepala Bidang Teknik Produksi Dinas Perkebunan Jatim, Samsul Arifin, di Surabaya, Selasa, mengatakan, luas areal "tembakau Jawa" yang dikembangkan di Kabupaten Jombang yang mencapai 4.274 hektare mampu berproduksi sebanyak 3.850 ton.

"Angka produksi itu sesuai dengan angka rencana kebutuhan tembakau dan proyeksi areal pabrik rokok. Angka tersebut bisa melebihi target produksi seiring dengan membaiknya harga jual jenis tembakau jawa pada 2009," katanya.

Selain Jombang, delapan daerah yang juga mengembangkan tembakau jawa adalah Kabupaten Bojonegoro dari lahan seluas 111 hektare mampu memproduksi 100 ton, Kabupaten Tuban (333 hektare/300 ton), Kabupaten Ngawi (1.333 hektare/1.200 ton), Kabupaten Nganjuk (111 hektare/100 ton), Kabupaten Blitar (222 hektare/200 ton), Kabupaten Jember (556 hektare/500 ton), Kabupaten Bondowoso (3.000 hektare/2.700 ton), dan Kabupaten Situbondo (111 hektare/100 ton).

"Dari total luas areal tembakau yang mencapai 10.056 hektare itu mampu memproduksi 9.050 ton tembakau Jawa," kata Samsul.

Ia menjelaskan, tembakau Jawa memiliki daun yang cukup lebar dan kualitasnya tidak jauh berbeda dengan "tembakau madura" yang sama-sama memiliki aroma khas.

Meski Pulau Madura memiliki potensi lahan tanam tembakau yang mencapai 29.833 hektare, tidak semua lahan-lahan tersebut dapat dikembangkan verietas tembakau Jawa karena kadar Ph dan kualitas tanah memengaruhi aroma dan kualitas.

Pada 2009, harga tembakau Jawa di Kabupaten Bojonegoro mencapai Rp1.200,00 per kilogram pada petikan pertama dalam kondisi basah. Harga tersebut naik dibandingkan 2008 yang hanya Rp800,00 per kilogram.

Dalam petikan kedua dan ketiga harganya bisa mencapai Rp1.500,00 per kilogram, sedangkan pada musim panen masih laku Rp2.000,00 per kilogram.

Pada 2010, permintaan tembakau di Jatim mencapai 56.020 ton dengan luas areal pengembangan mencapai 66.292 hektare. (M038/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010