Solo (ANTARA News) - Seniman dan kaum sosialita dari tiga kota di Jawa akan menggelar pentas seni wayang orang di Gedung Sriwedari Solo, pada 6 Juli 2010 dalam rangka memperingati 100 tahun kesenian tersebut.

Kegiatan pentas seni spektakuler tersebut bertujuan mengembalikan kejayaan dan untuk memperingati genap 100 tahun Wayang orang Sriwedari, kata Wakil Ketua Yayasan Mitra Bharata Kanjeng Pangeran Aryo Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat di Solo, Rabu.

Menurut Wiwoho, pihaknya menginisiasi pentas spektakuler tersebut, karena kehidupan seni wayang orang dinilai semakin tergerus zaman. Sehingga wayang orang diperlukan penanganan serius agar mampu eksis di tengah masyarakat yang serba instan.

Selain itu, kata dia, seni wayang orang yang sangat kompleks dan sarat dengan petunjuk kehidupan positif (pitutur) dapat menjadi benteng menghadapi gempuran budaya asing.

Oleh karena itu, kata dia, berbagai upaya dilakukan untuk membangun kembali minat masyarakat mencintai wayang orang, maka dalam pentas akbar tersebut mengangkat lakon "Sesaji Raja Suya".

"Upaya dilakukan salah satunya menampilkan pentas secara baik dengan tetap memperhitungkan aspek hiburan, mendatangkan seniman wayang orang profesional yang dipadukan dengan kaum sosialita dari Jakarta, dan sejumlah tokoh masyarakat," katanya.

Menurut dia, tokoh masyarakat yang akan ikut meramaikan wayang orang spektakuler di antaranya, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo, Bupati Wonogiri Begug Purnomosidi, dan mantan Gubernur Jakarta Sutiyoso.

"Saya akui tidak gampang membangkitkan kembali masa kejayaan wayang orang Sriwedari di tengah kehidupan yang serba kompleks. Namun masih ada peluang yang sangat terbuka," katanya.

Menurut dia, para seniman tiga kota masing-masing dari wayang orang Bharata Jakarta, Ngesti Pandowo Semarang, Sriwedari Solo, dan wayang orang RRI Solo. Mereka dipastikan mendukung dalam pementasan memperingati 100 tahun wayang orang Sriwedari.

Selain itu, kelompok penari dari kalangan sosialita Jakarta, Suryo Sumirat Pura Mangkunegaran, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, juga bergabung akan menyemarakkan panggung.

"Saya yakin 100 tahun wayang orang Sriwedari ini menjadi momentum penting dari sebuah obsesi kebangkitan," katanya.

Menurut dia, ketika pertama kali wayang orang Sriwedari berpentas pada tahun 1910, pola pemanggungan mengacu pada "prosenium" gaya Barat, sedangkan sebelumnya pemanggungan lebih banyak di dalam tembok keraton.

Namun, kesenian wayang orang sejak saat itu mengalami masa kejayaan terjadi penggabungan dari berbagai elemen seni di antaranya, musik, seni tari, sastra, dan seni rupa. Tetapi, masa kejayaan tersebut mulai memudar sekitar tahun 1980-an.
(U.B018/R010/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010