Damaskus (ANTARA News) - Gerilyawan Palestina yang merencanakan serangan mematikan terhadap atlet-atlet Israel di Olimpiade Munich 1972 telah meninggal dunia di Suriah, Sabtu, kata beberapa pejabat Palestina.

Mohammad Daoud Odeh, yang dikenal sebagai Abu Daoud, meninggal di Rumah Sakit Andalus di Damaskus setelah menderita gagal ginjal. Ia berusia 73 tahun, demikian laporan Reuters.

Sebagai seorang bekas pemimpin kelompok gerilyawan Palestina "Black September", Abu Daoud telah mengatakan ia merencanakan penyanderaan di Munich yang menewaskan 11 warga Israel itu.

"Saya tidak membunuh seorangpun dan saya tidak memerintahkan pembunuhan seorangpun," kata Abu Daoud kepada Reuters pada 1990 setelah mempublikasikan buku kenang-kenangannya. Ia membanggakan dirinya telah merencanakan penculikan.

Ia dimakamkan Sabtu di pemakaman Syuhada di kamp pengungsi Palestina di Yarmouk di dekat Damaskus. Pemakamannya dihadiri oleh para pejabat dari berbagai kelompok Palestina, termasuk kelompok Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Pada 5 September 1972, delapan pria bersenjata Black September memanjat pagar pengaman yang mengelilingi desa atlet olimpiade, dengan senjata mereka disembunyikan dalam tas olah raga di tengah keamanan yang longgar.

Dalam 24 jam, 11 warga Israel, lima warga Palestina dan seorang polisi Jerman tewas setelah konflik dan upaya pertolongan sesudahnya yang meledak menjadi baku-menembak.

Abu Daoud mengatakan dalam bukunya, gerilyawan membunuh dua warga Israel pada awal operasi karena mereka melawan ketika gerilyawan komando Palestina itu menyerang perkemahan olimpiade mereka.

PM Israel saat itu Golda Meir merusak rencana gerilyawan, menolak tawaran mereka untuk membebaskan sandera sebagai perukaran bagi pembebasan 236 warga Palestina yang ditahan oleh Israel.

Lalu, kata Abu Daoud, polisi Jerman tidak memenuhi janji mereka, melepaskan tembakan pada gerilyawan dan sandera mereka di bandara setelah berjanji untuk membiarkan mereka pergi. Ketika asap sudah bersih, sembilan sandera dan lima gerilyawan telah tewas di tempat beraspal itu.

Ia mengatakan, ia menyesal bahwa Palestina telah mengambil jalan kekerasan karena pembunuhan yang diketahui sebelumnya itu, yang menimbulkan kegaduhan publik ketimbang simpati pada masalah Palestina.

Setelah penerbitan bukunya, Israel menolak mengizinkan Abu Daoud ke wilayah Tepi Barat yang diperintah sendiri oleh Palestina, keputusan yang ia persoalkan.

"Keputusan (Israel) untuk melarang kepulangan saya itu terkait dengan peristiwa yang terjadi 27 tahun lalu, operasi Munich, yang kami anggap sebagai perjuangan sah terhadap musuh yang kami perangi," katanya kepada Reuters di Amman.
(Uu.S008/M016/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010