Mamuju (ANTARA News) - Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang telah diberlakukan per 1 Juli, mengakibatkan pelaku home industri di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) "menjerit" karena sudah membayangkan biaya yang akan dikeluarkan untuk membayar beban listrik.

Hj. Saadong, (50 thn) salah seorang pelaku usaha konveksi di Mamuju, Minggu, mengatakan, dirinya merasa terbebani dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan TDL.

"Kebijakan dengan menaikkan TDL akan berdampak buruk terhadap usaha kami, karena usaha konveksi ini sangat tergantung atau mengandalkan sektor listrik," tutur dia.

Ia mengatakan, para pelaku usaha di bawah asuhannya jelas akan mengalami penurunan pendapatan setelah kenaikan TDL yang telah berlaku itu.

"Dengan kondisi usaha saat ini, maka kami dapat hitung-hitung usaha kami akan mengalami penurunan pendapatan sekitar 10 persen, sehingga saat ini kami melakukan langkah antispasi sehingga usaha ini tetap berjalan normal," jelasnya.

Hal yang sama juga dikeluhkan Mustafa, salah satu pelaku usaha penjual es balok di pasar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mamuju.

"Kenaikan TDL yang berlaku sejak 1 Juli itu jelas berdampak buruk terhadap usaha kami, karena listrik adalah bagian terpenting kelangsungan usaha ini," kata dia.

Ia menjelaskan, dengan kondisi tersebut, terpaksa dirinya menaikkan harga penjualan es balok karena khwatir tak dapat menutupi pembayaran beban listrik pada akhir bulan mendatang.

"Sejak ditetapkannya TDL itu, kami pun langsung menaikkan harga dari biasanya Rp4500/balok menjadi Rp7500/balok," kata dia.

Langkah ini terpaksa dilakukan, karena khawatir beban pembayaran pada tagihan listrik pada akhir bulan nati juga pasti akan membengkak. "Selama ini beban yang kami bayarkan setiap bulannya berkisar antara Rp250.000/bulan hingga Rp350.000/bulan, kami prediksi kenaikannya di atas 10 persen," timpalnya. (ACO/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010