Jakarta (ANTARA) - Perusahaan rintisan (startup) eFishery, pelopor inovasi ekosistem akuakultur di Indonesia menghadirkan inovasi Disease Prevention System (DPS), solusi yang dapat mencegah wabah penyakit pada budi daya udang dan mengatur kualitas air tambak dengan berbasis teknologi.

“Dengan mengaplikasikan DPS petambak udang mampu meningkatkan ketahanan udang budi daya terhadap penyakit, sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan panen,” kata CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi pengekspor udang terbesar nomor satu di dunia dan memastikan ekspor udang naik hingga 250 persen pada tahun 2024.

Menurut Gibran, untuk mencapai target tersebut kapasitas produksi perlu ditingkatkan, salah satunya dengan mengatasi hambatan terbesar dalam budi daya udang, yaitu wabah.
Baca juga: Teknologi eFishery tingkatkan produksi budi daya udang dan ikan
Baca juga: KKP gandeng enam pemda untuk revitalisasi tambak udang terbengkalai

“Budi daya udang kini menjadi salah satu peluang bisnis yang kian menjanjikan, namun serangan penyakit pada udang menjadi satu momok menakutkan bagi seluruh petambak udang sejak satu dekade lalu,” ujarnya.

Penyebab seranganpenyakit yang terjadi salah satunya adalah Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan Early Mortality Syndrome (EMS) yang dapat menyebabkan kematian pada post larva benur, air bak benur dan induk, serta pakan alami.

Ia menjelaskan, salah satu komponen dalam DPS adalah disinfektan ramah lingkungan yang terbukti dengan cepat membunuh bakteri dan menghilangkan berbagai patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada udang seperti yellow head virus, white spot syndrome virus (WSSV), dan Vibrio parahaemolyticus penyebab AHPND.

Gibran menambahkan, dalam penerapan DPS, teknisi eFishery akan melakukan pengecekan berupa biosecurity scoring untuk menentukan tingkat kerentanan tambak terhadap serangan penyakit, kemudian menganalisis kualitas air tambak secara rutin serta memberikan laporan dan rekomendasi penanganan air.

“Teknisi kemudian memberikan rekomendasi pemberian dosis disinfektan serta protokol apabila tambak terserang wabah, sehingga para petambak dapat berbudidaya dengan aman tanpa khawatir tambaknya terserang penyakit,” kata Gibran.
Baca juga: KKP: Tambak milenial Jepara berhasil panen parsial perdana udang
Baca juga: Startup akuakultur eFishery tunjuk mantan bos Gopay jadi komisaris

Bobby, salah seorang petambak udang dari Kelompok Tani Blue Vaname di Subang, mengatakan penggunaan DPS menjadi solusi untuk menghindari kematian pada budi daya udang yang dikelolanya.

Ia menceritakan, awalnya pernah mengalami pandemi kematian dini udang di tambaknya akibat terjadi blooming plankton yang diduga disebabkan oleh Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di DOC 70.

Bobby dan petambak lainnya kemudian memutuskan untuk mencoba produk DPS dari eFishery.

“Penggunaan DPS ini merupakan investasi yang baik, karena dengan harga terjangkau tambak terhindar dari serangan wabah penyakit sehingga merasa tenang dalam berbudidaya udang,” katanya.

Selain terhindar dari wabah penyakit, ia juga merasakan berbagai keuntungan dari produk DPS, di antaranya peningkatan rata-rata pendapatan hingga 111,27 persen per meter per segi, penurunan rata-rata rasio konversi pakan (FCR) sebesar 0,23 persen, serta peningkatan rata-rata produktivitas sebesar 0,12 kg per meter.

Baca juga: Ketua DPD RI dukung pengembangan tambak udang milenial
Baca juga: KKP yakin intensifikasi dapat lesatkan produktivitas tambak udang
Baca juga: Teten Masduki dorong pemberdayaan petani tambak udang melalui koperasi


Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021