Samarinda (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik memperoleh gelar "Wirata Prana" dari Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

"Suatu kebanggaan bagi saya sebab telah diberi gelar `Wirata Prana` yaitu sebagai orang kesayangan karena dianggap punya kepedulian pada budaya," ungkap Jero Wacik pada pembukaan Erau Pelas Tujuh Benua yang berlangsung di Stadion Madya Tenggarong, Kutai Kartanegara, Minggu.

Erau Pelas Tujuh Benua 2010 kata Jero Wacik merupakan momentum untuk melestarikan budaya di Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanagera.

"Kesultanan Kutai Kartanegara dahulu menyelenggarakan Erau Pelas Tujuh Benua ini untuk memberi hiburan dan kesejahteraan kepada rakyaknya. Namun saat ini, kegiatan budaya seperti ini harus tetap dilestarikan dan saya meminta kepada Gerbenur Kaltim agar terus memberikan hiburan kepada masyarakat," kata Menbudpar.

Pembukaan Erau Pelas Tujuh Benua 2010 itu ditandai dengan menyalakan tujuh `brong` (obor pohon) oleh Menbudpar bersama Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak, Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II dan beberapa pejabat Kesultanan Kutai Kartanegara.

Sementara Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak menyatakan, Erau Pelas Tujuh Benua yang telah masuk dalam `calendar of events` pariwisata nasional, tidak lagi dikaitkan dengan seni budaya Keraton Kutai Kartanegara tetapi lebih bervariasi dengan berbagai penampilan ragam seni dan budaya yang ada serta hidup dan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Kutai.

Awang Faroek Ishak menjelaskan, tujuh benua yang digambarkan dalam Erau Pelas itu merupakan pecahan dari Kerajaan Kutai Ing Martapura yakni, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia lima tahun.

Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama pada 1300 hingga 1325, juga diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara.

"Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara pada 1960, wilayahnya menjadi daerah otonomi yakni Kabupaten Kutai dan kini dimekarkan hingga tujuh kabupaten/kota," katanya.

Tradisi Erau tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai pesta rakyat dan festival budaya yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai dalam rangka memperingati hari jadi kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kerajaan Kutai Kartanegara sejak tahun 1782," kata Gubernur Kaltim itu.

Pelaksanaan Erau Pelas Tujuh Benua lanjut Awang Faroek Ishak akan menjadi salah satu upaya pemerintah Provinsi Kaltim dalam meningkatkan sektor pariwisata.

"Kegiatan ini akan menjadi momentum dalam mendukung program pemerintah sebagai upaya meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata," ungkap Awang Faroek Ishak. (A053/A041)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010