Rembang (ANTARA News) - Seorang tukang becak, Jari, terpaksa menjual kendaraan roda tiganya untuk membayar tunggakan iuran sekolah anaknya di Madrasah Aliah Negeri (MAN) Rembang, Jawa Tengah.

"Sampai tahun ajaran baru ini saya baru mampu mengangsur sekitar Rp400 ribu dari kewajiban membayar iuran sekolah Rp1.265.000,00 tahun ajaran lalu," katanya di Rembang, Senin.

Anaknya, kata dia, semula tidak boleh mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah itu pada hari pertama Tahun Ajaran 2010-2011, Senin, karena masih menunggak pembayaran iuran sekolah sebesar Rp865 ribu.

Ia mengatakan becak itu sebagai alatnya mencari penghasilan sehari-hari. Pada kesempatan itu, dia tidak menjelaskan cara mendapatkan penghasilan setelah becaknya dijual.

Jari mengaku terpaksa menjual becaknya karena ingin melihat anaknya sekolah sebagaimana anak-anak lainnya.

"Saya sempat menangis saat di sekolah itu. Saya merasakan, ternyata orang miskin susah memperoleh pendidikan," katanya.

Sedikitnya 10 siswa sekolah setempat semula tidak diizinkan oleh sekolah mengikuti kegiatan pembelajaran, termasuk anak Jari. Mereka tidak mendapatkan bangku sekolah pada Tahun Ajaran 2010-2011 karena belum lunas membayar iuran sekolah.

Namun, pihak sekolah kemudian menggelar rapat dan memutuskan bahwa mereka yang belum melunasi iuran tetap bisa masuk kelas.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MAN Rembang, Ahmad Hindarta, menjelaskan, pihak sekolah tidak bermaksud membedakan antarsiswa tetapi kebijakan itu semata-mata karena urusan tertib administrasi sekolah.

"Sementara ini kami membolehkan para siswa mengikuti pembelajaran dengan catatan mereka tetap harus membayar tunggakan iuran hingga lunas dan mereka memberikan jaminan tidak akan mengulangi hal serupa," katanya.(*)

ANT/M029/D007/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010