Sukabumi (ANTARA News) - Puluhan penderita talasemia di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengaku ketersediaan pasokan darah bagi mereka sangat minim sehingga mereka sering kesulitan untuk mendapatkannya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh ANTARA Jumat, penderita talasemia di daerah itu mencapai 45 orang.

Salah seorang penderita, Eti Sugianti (33), mengaku sudah menderita penyakit itu sejak umur empat bulan dan setiap bulannya ia harus membeli 3 hingga 4 kantong darah seharga Rp232 ribu per kantong.

Namun ia sering kesulitan mendapatkan darah sesuai golongan darahnya di Sukabumi.

"Saya cukup kesulitan mencari pasokan darah yang sesuai dengan golongan darah saya, untuk itu saya mem-booking," kata Eti warga Kampung Cibeureum, Sukaraja.

Selain kesulitan mencari pasokan darah dirinya yang masuk ke dalam golongan warga yang kurang mampu ini cukup keberatan dengan harga darah yang menurutnya mahal.

Walaupun dirinya mempunyai kartu Jaminan Kesahatan Masyarakat (Jamkesmas) tetap saja merasa keberatan. "Saya hanya mendapatkan potongan harga Rp80 ribu/labu (kantong) apabila saya bisa menunjukan kartu Jamkesmas," ujarnya.

Eti juga mengungkapkan, beberapa rumah sakit di Kabupaten Sukabumi pun pernah menolak penderita talasemia yang hanya berbekal kartu Jamkesmas dan tidak mempunyai biaya yang cukup berobat.

"Saya berharap pemerintah bisa menyediakan atau sedikitnya meringankan beban penderita seperti kami ini," ungkapnya.

Ina, sekretaris Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) Sukabumi mengatakan, bahwa anaknya yang berumur empat tahun juga menderita talasemia.

Dari penderita talasemia di Kabupaten Sukabumi yang berjumlah 45 orang, hampir seluruhnya kalangan kurang mampu. "Biaya untuk penyakit yang mematikan ini sangatlah besar, peran serta pemerintah dan lembaga lainnya sangatlah dibutuhkan untuk meringankan biaya si penderita," katanya.

Ia menandaskan, uluran tangan dari seluruh elemen masyarakat sangatlah dibutuhkan oleh para penderita talasemia untuk kelangsungan hidupnya. Penyakit ini memang cukup mematikan karena harus mencuci darah tiap bulannya atau bahkan tiap minggunya.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010