Jakarta (ANTARA) - Dengan duduk bersila di ruang utama Masjid Darul Jannah, Ivan Nulhakim, pria asal Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, berusaha menahan rasa gugupnya, meski saat itu suasana hening.
Beberapa kali ia membetulkan masker yang menutupi hidung dan bibirnya.
Sesekali, ia mengelus jenggot yang sudah tumbuh panjang dan mengubah posisi kakinya saat duduk bersila.
Suasana pagi di rumah suci yang berada di kompleks Kantor Wali Kota Jakarta Selatan itu memang tidak biasa menjelang ibadah Shalat Jumat.
Bersama dengan 55 orang lainnya, ia menanti satu perubahan yang mungkin menjadi lompatan besar dalam perjalanan spiritualnya.
Perubahan itu adalah berikhtiar menghapus tato yang selama ini terukir tubuh mereka.
Menghapus tato memang bukanlah perkara mudah. Ia gampang dan instan dibuat namun perlu usaha keras untuk menghilangkannya.
Konsekuensinya, rasa panas bak terbakar harus dijalani selama proses menghapus tato, begitu juga kondisi kulit, pastinya tak seperti dulu lagi.
Namun, lantunan ayat-ayat suci Al Quran menuntun para peserta semakin kuat terhadap komitmen mereka menghapus tato.
“Saya ingin hijrah, mudah-mudahan dengan saya hapus tato ini, bisa hilang juga dosa saya,” kata Ivan yang sehari-harinya menjadi pedagang kelontong.
Ivan mengetahui adanya kegiatan hapus tato melalui media sosial. Ia kemudian mendaftar dalam program yang digagas Baznas (BAZIS) DKI Jakarta bekerjasama dengan Islamic Medical Service (IMS), tanpa dipungut biaya.
Metode laser
Mengingat saat ini pandemi COVID-19 belum ada kata akhir, pelaksanaan hapus tato itu dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Layanan hapus tato gratis dilaksanakan sebagai bagian kepedulian sosial memaknai Ramadhan Tahun Baru 1442 Hijriah.
Sebelum menjalani perawatan, para peserta terlebih dahulu harus cek kesehatan termasuk tes HIV/AIDS, hepatitis C dan B serta gula darah.
Tak hanya itu, mereka juga harus melakukan tes COVID-19 menggunakan geNose sebelum mengikuti penghapusan tato.
Baca juga: Baznas DKI dan IMS adakan program hapus tato maknai Ramadhan
Adapun tim medis yang dikerahkan dalam program hapus tato itu mencapai enam orang dan tiga alat laser untuk hapus tato.
Setelah deg-degan menunggu beberapa saat, Ivan akhirnya menjadi peserta pertama yang dipanggil untuk menjalani hapus tato.
Sebelum dilaser, tim medis terlebih dahulu memberikan anastesi lokal di lengan Ivan tepatnya di sebelah kiri bagian atas yang terdapat tato, untuk meringankan rasa panas.
Setelah menunggu beberapa saat, satu per satu dari tato motif serabut berwarna hijau tua itu kemudian dilaser.
“Rasanya kayak ditusuk jarum. Ini sudah dibius, kalau tidak (dibius) mungkin lebih sakit lagi,” katanya.
Matanya tiba-tiba memerah dan berkaca-kaca akibat menahan rasa panas yang masih dirasakan meski sudah dibius.
Menghapus tato memakan waktu kisaran 30 menit bahkan bisa lebih, tergantung tingkat kerumitan tato, ketebalan warna hingga ukuran tato.
Meski menjalani laser, bukan berarti tato tersebut langsung hilang. Warna hijau tua itu memang memudar, namun masih ada sisa warna yang melekat di kulitnya.
Dokter Junaedi, salah satu tim medis IMS mengatakan, menghapus tato tidak cukup dalam sekali.
Butuh dua hingga empat kali perawatan dengan metode laser, baru bisa hilang dan itu pun tato dengan satu warna.
Sedangkan tato warna-warni dengan ketebalan yang pekat membutuhkan sekitar 8-12 kali perawatan laser, dengan interval sekali perawatan tiga minggu hingga satu bulan.
Setelah menjalani laser, kulit peserta kemudian dilumuri salep luka bakar untuk meringankan efek panas dan obat untuk meringankan rasa sakit.
Baca juga: Ada hapus tato gratis di "HijrahFest" 2019, mau?
Selama Ramadhan
Menghapus tato ternyata membutuhkan biaya yang tak sedikit, apalagi pada masa pandemi COVID-19, mengeluarkan banyak rupiah dari kantong, tentunya memberatkan.
Direktur Islamic Medical Service (IMS) Imron Faizin mengatakan, biaya hapus tato cukup besar karena dihitung per sentimeter.
Ia menjelaskan per sentimer (cm) rata-rata dihargai Rp250.000 dan ada juga tarif Rp2,5 juta per sentimeter, tergantung kerumitan bentuk dan warna tato.
Untuk itu, ia mengharapkan sinergi tersebut menolong bagi masyarakat yang total ingin menghapus tato khususnya yang terkendala biaya.
Program hapus tato sudah berjalan sejak 3,5 tahun dan untuk tahun ini dimulai sebelum Bulan Puasa di Lembaga Pemasyarakatan Salemba, Jakarta.
Rencananya hapus tato gratis akan dilanjutkan di lima wilayah di DKI Jakarta selama bulan Ramadhan.
Menurut Ketua Baznas DKI Jakarta KH Lutfi Fathullah program hapus tato gratis disambut antusias masyarakat. Buktinya dalam beberapa hari sudah ada sekitar 450 orang yang mendaftar, dari target 500 orang.
Ia mengharapkan program tersebut mendukung upaya umat yang ingin memperbaiki diri khususnya menghilangkan tato.
Hukum tato
Ustaz Mahbub Maafi mengatakan banyak hadits yang menyatakan tato itu hukumnya haram. Salah satunya Hadits Riwayat Ibnu Umar.
Penyebabnya karena dibuat dengan mengukir anggota tubuh dengan cara melukai menggunakan jarum dan dimasukkan zat pewarna.
Untuk itu, ia mengatakan bahwa tato wajib dihilangkan meski meninggalkan rasa sakit.
Namun, ia menegaskan menghilangkan tato dapat dilakukan dengan catatan yakni tidak membuat risiko bagi orang tersebut atau membahayakan nyawa, maka tato dipertimbangkan untuk tidak dihilangkan.
“Alhamdulillah itu sudah mau dihilangkan, sesuatu yang luar biasa,” kata Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PBNU itu.
Menghapus tato mungkin menjadi satu bagian kecil dari sekian banyak tingkah laku manusia yang perlu disadari.
Namun, ketika hidayah itu hadir, saatnya Ramadhan dapat menjadi momentum tepat untuk berhijrah, menjadi pribadi yang lebih baik di bulan yang penuh berkah.
Baca juga: Anak-anak punk melengkapi hijrah dengan menghapus tato
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021