Jadi monumen ini ada nilai edukasi bagi kita yang sekarang dan bagi anak cucu kita kelak agar mereka bisa belajar dari monumen ini bahwa di sini pernah terjadi bencana alam yang maha dahsyat
Denpasar (ANTARA) - Warga perantau dari Flores Timur di Bali yang tergabung dalam Lamaholot Bali berencana membangun Monumen Jokowi Menangis di lokasi bekas banjir bandang di Pulau Adonara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Melihat dahsyatnya bencana, awalnya kami bermaksud membangun monumen bencana. Nah, tak disangka pada 9 April, Presiden Jokowi mendatangi Pulau Adonara, melihat langsung kondisi kerusakan akibat bencana dan bertemu para korban," kata Rahman Sabon Nama, inisiator Posko Bali Peduli Adonara di Denpasar, Minggu.

Peristiwa itulah, kata Rahman yang juga salah satu warga Lamaholot Bali, menggerakkan komunitasnya untuk membangun Monumen Jokowi Menangis di lokasi bencana paling parah, yakni di Desa Nele Lamadike, Pulau Adonara,

Guna memuluskan rencana tersebut, dua anggota Lamaholot Bali yakni Donatus Dihe Sanga (Dodis) dan Saiful Saleh (Ipul) pergi ke lokasi bencana alam di Pulau Adonara, Flores Timur pada Minggu.

"Pembangunan monumen ini tidak bermaksud mengabadikan duka para keluarga korban, tetapi semata-mata untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa bencana banjir dan tanah longsor itu bisa terjadi kapan saja pada musim hujan sehingga kita lebih waspada," ucapnya.

Selain itu, ujar dia, karena banjir dan tanah longsor itu tergantung dengan kondisi lingkungan sekitar pemukiman masyarakat, sehingga warga semakin menyadari pentingnya menjaga alam sekitar.

"Monumen ini sekaligus mengenang Bapak Presiden Jokowi yang rendah hati dan begitu peduli sehingga rela datang di Pulau Adonara," ujar Rahman yang juga Humas ITB STIKOM Bali itu.

Baca juga: Paguyuban Lamaholot Bali buka posko peduli korban banjir Adonara-NTT

Ia mengemukakan tentang nilai edukasi atas monumen tersebut bagi warga dan generasi yang akan datang.

"Jadi monumen ini ada nilai edukasi bagi kita yang sekarang dan bagi anak cucu kita kelak agar mereka bisa belajar dari monumen ini bahwa di sini pernah terjadi bencana alam yang maha dahsyat. Konsepnya, nanti akan ada sayembara desain monumen, lalu dikerjakan secara gotong royong tetapi 'finishing'-nya terutama pembuatan patung atau dioramanya kita akan libatkan tukang ahli dari Bali," kata Rahman.

Koordinator Posko Bali Peduli Adonara, Petrus Seli Tupen, menambahkan jika ide pembangunan monumen diterima pihak terkait, maka Lamaholot Bali sebagai inisiator segera menggalang kerja sama dengan diaspora Flores Timur, khususnya warga Adonara yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar negeri.

"Apalagi, Ikatan Keluarga Adonara di Batam juga punya ide yang sama dan saya kira grup WhatsApp Epu Orin Adonara juga pasti 'welcome'. Asal kita mau dan ikhlas, soal dana pembangunannya bisa kita cari. Kalau ada 'sharing' anggaran dengan pemda lebih bagus lagi," ucap pria asal Desa Lamawato, Adonara Timur itu.

Mengenai bantuan sosial yang dibawa Dodis dan Ipul, Ketua Lamaholot Bali Yosep Boleng merinci 76 koli barang terdiri atas pakaian layak pakai, kebutuhan perempuan dan anak serta kebutuhan mandi-cuci, sudah diberangkatkan dengan truk dan diperkirakan tiba di Larantuka pada 27 Aprilmendatang.

"Kami bekerja sama dengan Posko Pramuka di Larantuka dan alumni Lamaholot Bali yang sudah ada di Adonara untuk menyalurkan bantuan ke para korban di tujuh kecamatan di Pulau Adonara dan memverifikasi data anak yatim piatu di lapangan," kata dia.

Baca juga: Presiden tinjau kondisi pengungsi di Adonara, Flores Timur-NTT
Baca juga: Presiden bertolak ke NTT pastikan penanganan bencana berjalan baik
Baca juga: Jangan ada lagi lara di Adonara

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021