Betapa itu akan merepotkan dan sedihnya kita sebagai orang tua melihat anak-anak kita jatuh sakit, masuk rumah sakit dan beresiko kecacatan ataupun kematian
Jakarta (ANTARA) - Peringatan Pekan Imunisasi Dunia momentum tepat mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi guna membentuk imun, kata Dokter Spesialis Anak dan Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Soedjatmiko.

"Memang penting bagi dokter dan tenaga kesehatan kita untuk menjelaskan kembali manfaat vaksin ini untuk apa sehingga dengan begitu orang tua tidak sekadar menganggap imunisasi sebagai rutinitas semata, namun juga dapat teredukasi dengan baik," katanya dalam keterangan tertulis yang disampaikan Kemenko PMK di Jakarta, Senin.

Setiap pekan keempat April, diperingati sebagai Pekan Imunisasi Dunia atau World Immunization Week. Indonesia termasuk salah satu di antara 180 negara anggota Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yang turut memperingati momentum ini dengan terus berupaya mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi untuk membentuk imun.

Soedjatmiko mencontohkan vaksin BCG untuk mencegah radang paru dan radang otak karena Tuberkulosis, DPT untuk mencegah penyakit difteri yang menyebabkan radang tenggorokan dan otot jantung, vaksin tetanus untuk mencegah radang otot sehingga sulit bernapas.

Baca juga: Memelihara peluang sehat dengan imunisasi

Dampak jangka panjang apabila anak-anak Indonesia kurang lengkap dalam memperoleh imunisasi adalah berisiko terserang penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

“Setelah terserang penyakit tersebut, pasien dapat dirawat di rumah sakit, bahkan bisa cacat meskipun sudah sembuh. Paling buruk berakhir pada risiko kematian,” ujar Soedjatmiko.

Bagi mereka yang sudah divaksinasi pun berisiko untuk terpapar penyakit, meskipun gejalanya jauh lebih ringan dan tidak berbahaya bagi yang sudah divaksinasi.

“Kesimpulannya, bagi yang memiliki bayi, balita, anak-anak, dan remaja, segera lengkapi vaksinasinya. Kalaupun catatannya hilang, divaksinasi dua kali pun tidak apa-apa," kata dia.

Hal yang paling tidak diinginkan tenaga kesehatan adalah merebaknya wabah penyakit baru seperti wabah campak, di saat masyarakat masih berjuang melawan pandemi COVID-19.

“Betapa itu akan merepotkan dan sedihnya kita sebagai orang tua melihat anak-anak kita jatuh sakit, masuk rumah sakit dan beresiko kecacatan ataupun kematian," katanya.

Baca juga: Capaian PIN Polio Padang Panjang 99 persen

Soedjatmiko berpesan kepada seluruh masyarakat agar berperan aktif mengingatkan para orang tua, bayi, balita, anak-anak, dan remaja, serta mengomunikasikan manfaat vaksinasi atau imunisasi rutin yang jauh lebih besar daripada isu-isu negatif seputar vaksinasi.

“Sekitar 22 juta anak Indonesia diimunisasi tiap tahun dan tidak ada masalah. Imunisasi itu aman dan bermanfaat. Untuk itu, segera lengkapi imunisasi bagi yang belum lengkap,” katanya.

Pekan Imunisasi Dunia kali ini diharapkan juga menjadi momentum yang tepat untuk mendorong kelompok masyarakat lanjut usia untuk melindungi diri dari COVID-19 dengan cara divaksinasi.

“Dari sekitar 21 sampai 22 juta lansia di Indonesia perlu diinformasikan mengenai vaksinasi COVID-19 gratis ini. Pengurus RT/RW, relawan, harus mendatangi rumah-rumah lansia dan menjelaskan manfaat vaksinasi COVID-19 serta dibantu ke lokasi vaksinasi terdekat,” ujarnya.

Baca juga: Balita Purbolinggo akan di-"sweeping"
Baca juga: Jatim dirikan 50.501 pos Pekan Imunisasi Nasional di Jatim
Baca juga: Dinkes Bangka Barat ajak kepala desa sosialisasikan pin polio

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021