Kota Yogyakarta masih membutuhkan banyak kegiatan penataan agar tercipta lingkungan yang bersih, nyaman, tertata dan tidak kumuh
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta berharap pelaksanaan padat karya dalam program Kota Tanpa Kumuh 2021 membantu masyarakat terdampak pandemi COVID-19 meningkatkan pendapatan keluarga, sehingga nantinya dapat menggerakkan perekonomian di kota tersebut.

"Tentunya, program padat karya ini menjadi bagian dari upaya jaring pengaman sosial agar masyarakat terdampak pandemi bisa kembali bangkit dan perekonomian pun berjalan kembali," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di sela pembukaan program padat karya Kotaku di Kelurahan Purwokinanti Yogyakarta, Rabu.

Di Kelurahan Purwokinanti terdapat total 75 warga terdampak pandemi COVID-19 yang dilibatkan dalam program padat karya Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) 2021.

Seluruhnya akan bekerja untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai infrastruktur seperti jalan lingkungan, saluran limbah atau MCK yang dibangun melalui program Kotaku dan saat ini kondisinya rusak ringan atau membutuhkan pemeliharaan.

Heroe berharap seluruh warga yang terlibat benar-benar melakukan pekerjaan secara serius agar kualitas hasil pekerjaan bisa dipertanggungjawabkan dan tidak cepat rusak.

"Kota Yogyakarta masih membutuhkan banyak kegiatan penataan agar tercipta lingkungan yang bersih, nyaman, tertata dan tidak kumuh. Tentunya, program Kotaku sebagai salah satu upaya penataan kawasan kumuh sangat tepat dilakukan," katanya.

Heroe mengatakan, kegiatan penataan lingkungan banyak dilakukan di sepanjang bantaran sungai. Terdapat tiga sungai besar yang membelah kota tersebut yaitu Sungai Code, Sungai Winongo, dan Sungai Gajah Wong.

Ketiga sungai tersebut akan dilengkapi dengan jalan inspeksi yang membujur di tepi sungai untuk meningkatkan akses masyarakat sehingga perekonomian pun bergerak.

Sementara itu, Lurah Purwokinanti Sugiharti memastikan, seluruh warga yang terlibat dalam padat karya adalah mereka yang terdampak pandemi COVID-19.

"Ada yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan karena jualannya tidak laku dan sebab lainnya," katanya.

Pekerjaan akan berlangsung selama 75 hari kerja. Setiap pekerja akan memperoleh upah sekitar Rp90.000 per hari atau sesuai dengan aturan yang berlaku di Pemerintah Kota Yogyakarta.

Selain di Kelurahan Purwokinanti, program padat karya Kotaku untuk pemeliharaan infrastruktur juga dilakukan di tiga kelurahan lain yaitu Pakuncen, Muja Muju, dan Gunungketur.

Setiap kelurahan mendapat dana Rp300 juta yang digunakan untuk upah tenaga kerja sebanyak 65 persen dan sisanya digunakan untuk pembelian bahan material pembangunan.

Baca juga: Padat karya tunai PUPR diharapkan jadi pengungkit pemulihan ekonomi
Baca juga: Padat karya tunai Kotaku serap 7.000 tenaga kerja hingga Oktober
Baca juga: PUPR: Padat karya tingkatkan kualitas permukiman tiga kabupaten Sulsel


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021